Jumat, 31 Januari 2014

Nyari Pasangan? Terapkan Filosofi Tangkap Ayam ini!



Ada sebuah kisah menarik yang kalau boleh saya bagi kepada rekan kompasiana sekalian. Kisah yang membawa pada sebuah kesimpulan bijak. Semoga bermanfaat. :)

Aku punya seorang sahabat (Geri—nama samaran), dia masih menempuh kuliah di salah satu perguruan tinggi Yogjakarta. Dia sudah lama tidak punya pacar alias nge-jomblo (tapi dia bersikeras tidak mau disebut jomblo, tapi single). Tepatnya dia sudah tidak pernah lagi merasakan nikmatnya pacaran sejak lulus SMA, berarti udah hampir 4 tahun. Wow! (padahal aku sendiri juga gitu). Hmm, mungkin akibat sudah lama tidak pacaran ini, sehingga Geri menjadi sangat obsesif. Dia sangat berkesan dengan film “Habibie-Ainun” yang kira-kira berkisah tentang romantisnya kehidupan seorang professor Habibie dan dokter Ainun itu. Jadilah Geri, yang sekarang masih mahasiswa semester tingkat akhir jurusan teknik, kian terobsesi mencari seorang wanita yang kuliah di kedokteran. Dia yakin bisa mendapatkan apa yang diinginkan itu. Nah! Setelah keyakinan itu ditanamkan secara mendalam di dasar hatinya, maka dia mulai menjalankan aksi.

Mission Ambune Impossible

Adalah 3 orang wanita (sebut saja Sinta, Santi, dan Sinti) yang masih teman kami juga, coba didekati oleh Geri. Ketiga wanita tadi sama-sama kuliah di kedokteran umum, namun pada perguruan tinggi yang berbeda kota. Sinta didekati terlebih dahulu, namun Sinta tidak pernah memberi harapan. Geri malah dinasehati bahwa diusia segini sudah tidak asyik lagi dipakai buat pacaran, nyari pasangan langsung nikah aja.Geri tidak mau menyerah, tiap hari dia nelpon ngajakin Sinta langsung nikah setelah selesai kuliah. Sinta yang merupakan gadis baik selalu dengan sabar mengatakan bahwa tidak ada perasaan yang berlebih pada hatinya. Lama-kelamaan Geri patah semangat, dan menjauh secara perlahan.

Tidak lama berselang, Geri kemudian mencoba peruntungan dengan mendekati Santi. Kali ini Geri lebih mudah melakukan pe-de-ka-te, sebab Santi berada satu kota dengannya. Santi lebih mewah hidupnya dari Sinta, body-nya pun lebih bahenol. Geri sudah kenal lama dengan Santi ini, malah sudah sangat akrab, namun baru kali ini dia mencoba menyatakan cinta. Pertama, karena Santi baru saja 3 bulan putus sama pacarnya; kedua, demi obsesi pribadinya terhadap mahasiswa kedokteran. Apalah yang mau dikata, ketika cinta telah dinyatakan, bukan penerimaan yang didapat. ‘Maaf Ger, aku sudah anggap kamu teman, tidak lebih, aku sudah tahu semua baik-buruknya kamu, tidak akan cocok dengan aku sampai kapanpun. Lebih baik kita berteman saja’. Degg! Ungkapan yang sama datang dari Sinti, ketika Geri mengalihkan incaran padanya. Sinti adalah adik tingkat Geri ketika SMA. Geri ingin mencoba peruntungan dengan menembak gadis di bawah umur [dibawah umurnya dia maksudnya]. Sinti ternyata tidak pernah suka sama Geri!

Syair Teruntuk Korban Banjir





Tetes air mata tiada henti membasahi pipi..
Memandang jenuh air surut selutut kaki..
Banyak sudah harta kami raib dibawa pergi..
Anak semata wayang pun hanyut terbawa lari..
Oleh deru amukan bah semalam tadi..

Kepingan takdir datang keras mengkerak..
Hendak jiwa kubiarkan berteriak..
Namun tubuh ini kaku, kelu, enggan bergerak..
Tetanggaku, kampungku, semua histeris berontak..
Aku tak bisa, hanya istri kini bersandar di pundak..

Aku ingin berduka, menumpah segala asa..
Aku ingin kecewa, menghina sebuah sandiwara..
Aku ingin putus asa, meregang sendiri tali nyawa..
Seketika kelebat hitam hadir ingatkan dosa..
Dosa, kegemaran setiap umat manusia..

Insan bijak banyak bertanya..
Adakah banjir ini salah siapa..
Apakah tata ruang serta rencana kota..
Sungguh, tidak ada apa dan bagaimana..
Hanya manusia yang sudah lupa kodratnya..

Kusadari kini kelalaian datangkan cobaan..
Untuk yang memuja ‘berhala’ kejahatan..
Untuk yang menggilai haramnya obat-obatan..
Untuk yang membabi buta tebang hutan..
Untuk yang rakus korupsi di pemerintahan..

Kini, aku tak berharap dikunjungi kepala negara..
Alihkan saja uang jalan agar terbebas kami dari lara..
Kampung ini kian kumuh bagi tamu istimewa..
Biarlah kami saja yang menderita..
Tak perlu kalian memakai topeng pura-pura..

Wahai, Tuhan Yang Mendengarkan..
Datangkan banjir ini untuk kebaikan..
Hapuskan dosa dan kekejian..
Gantikan generasi penuh kebobrokan..
Hingga negeri aman penuh kedamaian..

Sahabatku Jadi Budak Politik yang Fanatik




Dunia politik memang kejam. Begitu kalimat yang sering dilontarkan oleh sebagian kalangan. Namun tidak sedikit orang yang mengambil keuntungan melalui proses politik. Tahun 2014 adalah tahun politik yang menarik, pasalnya presiden yang kemarin tidak akan punya kesempatan untuk mencalonkan diri lagi. Persaingan tampak semakin gencar, dan pemenang makin sulit ditebak.

Tulisan ini tidak menyorot proses politik dan kampanye terselubung para calon presiden, tapi ada sebuah cerita menarik yang ingin aku bagi. Seorang temanku yang dahulunya seorang yang ilmu agamanya cukup luas, dia lulusan pesantren terkenal di Kota Malang, seketika sikapnya berubah di depanku. Dahulu dia jarang berbicara politik, apalagi sampai fanatik terhadap sesuatu. Kini dia seratus delapan puluh derajat berubah dari sikap awalnya. Dia mulai memposting segala sesuatu terkait pemilihan presiden di akun Facebook, dan dia punya ‘jagoan’ sendiri di pemilu nanti.

Miris, Indonesia Akan Jadi Raja Impor Dunia



Tidak ada yang berani meragukan potensi kekayaan alam negara Indonesia. Banyak negara lain yang iri terhadap kondisi ini. Hanya Indonesia yang punya luas wilayah kepulauan terbanyak, namun tetap berdiri tegak sebagai satu kesatuan negara. Bandingkan saja dengan negara-negara maju di luar sana; Singapura lahannya terbatas hingga harus ambil pasir dari Indonesia untuk menambah luas wilayah, Amerika dengan ke-digdayaan-nya harus mencari sumber air baru untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya yang meningkat, Malaysia hanya “sejengkal” wilayah yang ada di bagian utara Indonesia, Israel harus bertumpah darah memperebutkan wilayah negara dengan Palestina, dan masih banyak lagi negara-negara yang hanya terdiri dari satu pulau. Namun sayangnya, Indonesia belum mampu menjadikan anugerah luar biasa itu sebagai bahan baku perubahan ke arah negara super power.

Kebijakan Impor yang Berlebihan

Fakta potensi alam yang luar biasa tadi sungguh berbanding terbalik dengan kebijakan luar negeri pemerintah, terutama terkait dengan impor. Memang dalam era kerjasama bilateral maupun multilateral seperti saat ini, sangat wajar bila terjadi kegiatan ekspor dan impor antar negara. Namun kegiatan ini menjadi sangat memprihatinkan ketika sebuah negara dengan potensi alam yang hampir semua tersedia, melakukan impor segala bentuk kebutuhan. Impor yang dilakukan mulai dari kebutuhan pokok seperti beras dan kedelai, hingga barang tak berbentuk seperti listrik! Kemana rasa malu pemerintah Indonesia? Kenapa dengan mudahnya mengimpor segala kebutuhan yang tersedia secara melimpah di dalam negeri? Negara kita pernah swasembada beras di era Pak Harto. Negara kita punya kualitas kedelai nomor wahid. Negara kita sangat amat punya semua yang dibutuhkan oleh sebuah pembangkit listrik.

Selasa, 28 Januari 2014

[PUISI] Hariku di Damaskus



Mentari akan beranjak dari peraduannya..

Mengantar pagi cerah nikmat dunia..

Terbangun dengan syukur tiada tara..

Jendela tua berderik pelan saat kubuka..

Ternyata, aku berada di belahan bumi berbeda..



Cahaya lampu kota mewah mewarna indah..

Gedung menjulang terselingi suasana ramah..

Aku pikir aku telah salah, mimpikah?

Membayanginya pun aku tak pernah..

Seketika aku merasa takut dan nyaris menyerah..


Sosok berjubah putih mengajakku beranjak..

Orang ini berkilau layaknya bulu seekor merak..

Pesonanya sempurna, siapa pun pasti terhenyak..

Wajah campuran layaknya orang arab dan irak..

Sepanjang jalanku seperti terjerat, tak banyak bergerak..


Aku terbawa dalam suasana di depan mata..

Gang sempit ala zaman dahulu kala..

Penuh jubah tertutup khas pakaian muslim wanita..

Rumah-rumah berbentuk kotak ber-parabola..

Toko-toko kecil menjual bahan kualitas aneka rupa..



Ada rasa kagum menyusup dan menepi di hati..

Pada Yousof Al-Azmeh Square yang ramai..

Pada megahnya bangunan Masjid Umawi..

Pada tepian kota yang dialiri sungai..

Pada damai yang tercipta dalam suasana religi..


Pintu masjid terpampang untuk kami..

Selasar Pasar Hamidiyyeh terbentang harus disusuri..

Hingga setelahnya terlihat makam para ahlul baiti..

Kutatap takjub nisan Salahuddin Al-Ayubi..

Sebelum kahirnya khusyuk dengan shalat kami..


Aku ternyata telah berkelana di kota tua..

Kota induk peradaban dalam sejarah agama..

Menambah pundi pengalaman penuh makna..

Begitu rindu kuulangi menyebut namanya..

Damaskus, ibukota Syiria..

[Fenomena] Artis Banyak Bertingkah, Aku Banyak Berdoa



Artis, sebuah istilah dan sebutan yang sudah sedemikian membumi di kalangan masyarakat. Sebuah istilah yang secara jujur tidak mempunyai tempat tersendiri di hatiku. Membayangkan istilah itu hanya akan membawa pikiranku kepada sosok manusia-manusia yang pandai bersandiwara. Skenario yang biasanya hanya diperuntukkan bagi peran mereka di dalam proses syuting film, pada akhirnya mereka bawa ke dunia nyata. Pikiran masyarakat awam dibawa ke dalam skenario kehidupan yang seakan tidak pernah ada habisnya. Acara-acara infotainment tumbuh menjamur menggantikan dominasi stasiun televisi yang berbasis pencerdasan. Anehnya, masyarakat malah lebih memilih channel gossip-gosip itu ketimbang diskusi edukasi, acara dokumenter sejarah, maupun ceramah keagamaan. Dalih masyarakat menjadi aneh pula : “Ngapain nonton acara yang membuat kita mikir berat-berat? nggak penting! Ini loh kabar terbaru artis idolaku yang paling ditunggu..”

Pemikiran seperti itu membuat aku kadang mengumpat sendiri. Ah, mereka berhasil lagi mengarahkan pikiran masyarakat untuk cinta pada ketenaran, gila pada hedonisme, dan tak peduli pada sesamanya yang sedang dalam kesulitan. Apa sebenarnya nilai yang ditawarkan oleh mereka selain itu? Adakah nilai edukasi dari mereka yang mampu menggantikan acara liputan berita, liputan sejarah, atau ceramah agama? Mereka hanya manusia yang dibekali dengan kamera stasiun televisi skala nasional, itu saja.. Banyak ibu-ibu rela mengesampingkan anak balitanya yang menangis minta susu saat aktor tampan idola mereka nampang di layar. Tampan? Ibu-ibu itu bahkan tidak sadar bahwa anak sulung mereka akan lebih tampan dari aktor itu ketika wajahnya telah diberi sentuhan make up. Ibu-ibu rumah tangga juga selalu terkesan dengan aktor yang menurut mereka smart. Pintar? Pernah lihat kuis yang mengadu kecerdasan artis-artis dengan masyarakat biasa? Artis-artis itu tak berkutik saat ditanya pengetahuan dasar. Aku katakan bahwa manusi yang IQ-nya tinggi adalah mereka yang tinggal di pesisir pantai yang setiap hari makannya ikan laut. Bukan masyarakat sosialita yang seringkali mengonsumsi makanan tipe junk food.


Jokowi (dalam) Menghindari Pusaran Gratifikasi


Harus diakui bahwa menjadi seorang pejabat pemerintahan perlu dengan hati yang tulus untuk mengabdi dan berkontribusi. Kalau tidak begitu, ratusan peraturan yang mengikat telah siap merongrong setiap kesalahan dan pembangkangan para pegawai. Salah satu norma hukum yang mengatur pejabat pemerintahan itu adalah terkait dengan gratifikasi. Gratifikasi menurut penjelasan pasal 12B UU No 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi meliputi pemberian uang, barang, rabat (potongan harga), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya kepada setiap pegawai negeri dan pejabat penyelenggara negara.

Baru-baru ini Jokowi sebagai Gubernur Jakarta telah dua kali melaporkan pada KPK barang yang memicu pidana gratifikasi hasil pemberian orang lain. Barang yang pertama berupa Gitar merk Ibanez yang diberikan oleh grup band Metallica. Barang kedua berupa kacamata merk Hawker oleh pembalap GP handal asal Spanyol, Jorge Lorenzo. Kedua orang ini tentu saja adalah orang yang sangat terkenal dan memiliki banyak fans. Kedekatan mereka dengan orang nomor satu di DKI Jakarta, melalui pemberian barang, akan langsung mendapat sorotan tajam dari mata dan kamera yang berkeliaran. Apresiasi patut diberikan kepada Jokowi dengan kesediaannya melapor kepada KPK sebagai lembaga indpenden penanganan kasus rasuah di Indonesia. Pada pelaporan pertama, gitar dari Metallica harus disita karena dianggap murni sebagai gratifikasi, karena band tersebut akan melangsungkan konser di Jakarta. Pelaporan kedua untuk pemberian kacamata masih dalam tahap proses.


Rabu, 22 Januari 2014

Filosofi Kamar Mandi



Sore ini aku beranjak dari kamar kost dan berjalan menuju kamar mandi. Kamar mandi kami ada dua, dipakai bersama untuk penghuni kost yang berjumlah 10 orang. Ketika sampai di depan pintu kamar mandi, aku melihat lampu di salah satu ruangannya mati (kamar mandi sebelah kanan). Padahal selama ini kamar mandi itu yang menjadi favorit bagi penghuni kost untuk digunakan. Selain lebih bersih, kamar mandi yang lampunya sedang mati itu airnya deras dan melimpah. Berbeda dengan kamar mandi yang sebelah kiri, kebersihannya kurang terjaga, lumut tumbuh di berbagai sisi, airnya kurang deras, ditambah dengan pintunya yang hampir ambruk. Tapi kini mau tidak mau aku lebih memilih kamar mandi yang kurang bagus itu untuk digunakan, walaupun kelebihannya saat ini hanya ruangannya lebih terang. Kost kami tidak mendapat sinar matahari yang cukup, sehingga ketika hari beranjak sore ruangan kamar mandi sudah gelap sekali jika tidak menggunakan lampu. 

Seraya duduk di atas ‘lubang pembuangan’, aku termenung sejenak. Ada sebuah filosofi yang relevan dengan apa yang terjadi pada kedua kamar mandi ini. Pada zaman sekarang, tidak jarang kita mempunyai sahabat lama yang sudah baik dengan kita, namun ketika sahabat kita itu melakukan sedikit kesalahan maka seketika kita langsung pergi dan menjauhinya. Kita sering tertipu dengan apa yang dilihat sebagai ‘terang’ dari orang lain, tetapi jarang untuk bisa menerima sedikit ‘gelap’ yang dibuat oleh sahabat karib kita. Padahal belum tentu apa yang kita lihat baik adalah baik untuk semuanya, dan belum tentu apa yang kita anggap buruk itu buruk untuk selamanya. Iya kan?

Wah, sejalan dengan tertunaikannya hajatku maka aku akhiri perenungan tentang filosofi kamar mandi tadi. Pada akhirnya, aku memutuskan untuk pergi ke mini market untuk membelikan lampu baru agar kedua kamar mandi kami kembali bersinar terang, walaupun tampilan di dalam kamar mandi itu berbeda. Aku pikir estetika dapat diperbaiki, yang penting fungsinya harus tetap dipertahankan. 

Salam dari Pegiat Kamar Mandi..

Selasa, 21 Januari 2014

Aku Rindu Seleksi CPNS yang (Benar-benar) Bersih



Usiaku mungkin masih terbilang muda untuk mengikuti seleksi tes pegawai negeri sipil. Pada akhir tahun 2013 kemarin, aku mengikuti seleksi masuk yang diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum setelah setahun sebelumnya aku lulus dari perguruan tinggi. Sesaat setelah lulus perguruan tinggi tersebut, harapanku melambung tinggi karena berdasarkan kabar yang berhembus bahwa tahun 2013 merupakan akhir dari moratorium PNS. Prediksi berbagai media bahwa tahun 2013 jelas akan ada penerimaan besar-besaran untuk pegawai negeri. Namun tak disangka, harapanku(dan mungkin seluruh calon pegawai seluruh Indonesia) kemudian sirna begitu saja ketika pada kenyataannya pemerintah hanya membuka lowongan jauh di bawah penerimaan di tahun 2010. Lowongan yang ada di daerah-daerah pun sangat amat dibatasi, sehingga banyak teman-teman sesama jobseeker yang mengeluh terhadap kebijakan ini. Lowongan yang terbatas di daerah membuat aku mengalihkan bidikan ke lingkup yang lebih luas, yaitu ranah kementerian pusat. Langkah ini mesti dipilih, tidak ada jalan lain, walaupun ini berarti harus bersaing dengan peserta seluruh Indonesia. Saat itu jumlah pendaftar untuk Kementerian Pekerjaan Umum saja sebanyak 13 ribu lebih, dan hanya akan diterima 200 orang. Bisa dibandingkan dengan tahun 2010, yang mendaftar kurang dari 13 ribu, tapi jumlah yang dibutuhkan sebanyak 3000 kursi. Luar biasa perbedaannya!

Jumlah kebutuhan calon pegawai yang menyusut ini secara langsung membuat persaingan antar peserta semakin ketat. Jauh hari sebelum pelaksanaan tes dimulai pemerintah telah mewanti-wanti kepada warga negara Indonesia bahwa rangkaian seleksi akan dibuat ekstra ketat. Tidak akan ada peluang untuk disusupi oleh berbagai tindak pelanggaran dan penyelewengan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Pemerintah katanya bekerja sama dengan instansi-instansi yang bisa menjamin itu semua, seperti BIN, KPK, Polri, dan lain-lain. Sistem penyelenggaraan tes di lingkungan kementerian pusat pun sudah ada yang menggunakan metode CAT (Computer Assisted Test), yang katanya 100 persen aman karena hasil langsung bisa diketahui saat itu juga. Namun sebagian besar daerah-daerah seluruh Indonesia yang masih menggunakan LJK (Lembar Jawaban Komputer). Anehnya, aku lolos ketika tes pertama dengan sistem CAT, tapi tes tahap kedua menggunakan LJK. Aku kemudian agak putus asa dengan tes kedua, karena aku tahu sistem LJK inilah yang bisa menjadi sarang masuknya penyelewengan dari berbagai pihak. Betapa tidak, di daerahku sendiri banyak teman-teman yang bangga dengan adanya ‘orang dalam’ yang bisa menjamin mereka masuk lewat ‘jalur belakang’ dengan syarat menyetor sejumlah uang. Saat itu juga akuberpikir, dimana peran instansi-instansi yang tadinya berkoar bisa memotong mata rantai syetan kebobrokan birokrasi seleksi ini? Apa mereka hanya akan selalu menjadi objek formalitas belaka? Apa yang bisa mereka lakukan untuk menghentikan ini semua?

Senin, 20 Januari 2014

Nostalgia Itu Berbayang Lalu Pergi

Sejumput rasa datang menyusup seketika lalu pergi..
Teruntai bayang yang pernah mati..
Membisik indahnya lagu kenangan musim semi..
Aroma kehangatan dulu mewangi mengisi hari..
Kalian temani aku dalam hidup penuh onak dan duri..
Pernah kalian membuat bahagia.. 
Setiap saat terselip tawa ceria..
Pernah kalian mewarisi duka..
Satu-satunya duka yang tak membekas luka..
Maafkan, kini ku lemah atas bayang nostalgia..
Kita yang tak pernah terganti oleh mereka..
Berpisah membuat denyut nadiku lemah..
Menjauh mengguncang cawan hidupku hingga nyaris pecah..
Berpura-pura melupakan membuat darahku berubah..
Akan kujaga seluruh nama hingga nyawa sudah lupa rupanya darah..
Aku bisa saja mengalah, tapi bersama kalian aku tak pernah kalah..

Hegemoni Besar dalam Sejarah Bani Israel, The New World Order?


Sore yang cerah untuk menggores beberapa baris tulisan. Sebuah topik yang menarik untuk dikupas oleh pikiran saya sendiri dalam tiap perenungan adalah terkait dengan konspirasi dunia adikuasa seperti Amerika, Inggris, Israel, Korsel, China, dan lain sebagainya. Walaupun sebenarnya saya masih awam dan ingin terus belajar. Saya selalu membayangkan dahulu pada periode sebelum tahun 1990-an, Inggris berhasil mendominasi dunia dengan berbagai hegemoninya. Kemudian tahun setelah periode itu hingga kini, Amerika mengambil alih peran penting dengan mata uang Dollar-nya. Kini, negeri Paman Sam mulai goyah. Seberapa kuat pun Amerika bertahan, dia hanya boneka dari sebuah negara yang memiliki territorial lebih kecil, yaitu Israel. Negeri ini yang dikatakan oleh para pakar akhir zaman semacam Syekh Imron Hussein sebagai pendominasi dunia setelah masa kejayaan Inggris dan Amerika. Negeri ini memang kecil, malah awalnya mereka tidak punya wilayah, namun dengan mudahnya mereka mengakuisisi teritorial negara semacam Palestina. Mereka percaya wilayah yang mereka rebut merupakan bagian dari janji yang diberikan dalam kitab suci agama Yahudi. Ya, mereka memang berasal dari keturunan kaum Yahudi. Namun tentu saja kaum itu sekarang sudah tidak membawa risalah yang sejalan dengan Nabi-NabiAlaihissalam dari bangsa Yahudi seperti Musa, Isa, Daud, Sulaiman, Yakub, Yahya, Zakaria. Sejak dahulu kaum pengikut Nabi yang disebut Bani Israel selalu menampakkan sifat pembangkangan, dan itu tersebut jelas dalam Al-Qur’an. Mereka telah ditunjukkan oleh para Nabi dengan mukjizat yang dibawa, tetapi tidak pernah mereka percaya dan bahkan untuk Nabi Yahya dan Zakariyya harus rela dibunuh oleh para pengikutnya.

Sabtu, 18 Januari 2014

Konsep Desa Millenium (DEMI) Energi

Ilustrasi


Saya sejak dulu punya impian untuk membantu masyarakat pedesaan agar bisa mandiri, dan tidak selalu berada di bawah bayang-bayang masyarakat kota. Saya sadar bahwa desa adalah daerah penyangga yang tidak berubah secara signifikan walaupun negara dalam kondisi krisis. Desa juga adalah pemasok utama kebutuhan pokok bagi setiap kepala yang ada di kota. Pemimpin-pemimpin besar Indonesia sejak dulu bisa dilihat di buku sejarah, mayoritas adalah putra-putra terbaik di desa kecilnya masing-masing. Oleh karena itu, jika ada yang memiliki pandangan yang sama dengan saya, mari berinovasi untuk memajukan desa. ^_^

Dasar Pemikiran :

Salah satu kandungan isi dari Instruksi Presiden Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pencapaian Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Program pemberdayaan usaha mikro dan kecil. Masyarakat desa-desa di Indonesia pada umumnya cenderung memiliki bidang usaha dengan skala mikro dan kecil. Dukungan pemerintah sangat berarti bagi mereka, yaitu melalui kebijakan-kebijakan yang memihak sektor usaha menengah ke bawah, beberapa diantara usaha itu antara lain pengembalian fungsi koperasi desa.

Fakta di lapangan :

Ada beberapa desa di daerah-daerah seluruh Indonesia, yang terletak jauh dari wilayah kota. Secara geografis wilayah administrasi desa dikelilingi oleh bukit-bukit dan pegungungan. Mayoritas dari masyarakat setempat mengandalkan sektor pertanian dan peternakan sebagai mata pencaharian utama.

Inovasi yang ditawarkan :

Wilayah desa yang secara geografis telah dikelilingi oleh bukit dan juga hutan, menjadikan itu sebagai batas wilayah yang tegas dari daerah luar. Pada teorinya, batas ini berfungsi sebagai pembatas perkembangan desa agar tidak tumbuh secara liar di masa yang akan datang. Kemudian, desa ini memiliki sebuah strategi khusus untuk tumbuh menjadi desa yang mandiri, yaitu konsep revitalisasi fungsi koperasi desa. Koperasi desa difungsikan sebagai penampung sampah rumah tangga dan kotoran hewan. Masyarakat yang memiliki sampah dan kotoran hewan peliharaannya di rumah, harus menyetor ke koperasi ini dan mendapat bayaran sesuai beratnya. Sampah dan kotoran hewan ini akan diolah oleh koperasi menjadi gas dan pupuk. Gas nantinya akan dan pupuk setelah jadi dijual kembali kepada masyarakat. Bagian yang tak terlupakan adalah, metode yang digunakan dalam pertanian dan peternakan. Masyarakat bertani dengan sistem tanam silang, jika total lahan pertanian ada 30 hektar, maka pada saat yang sama lahan itu ditanami padi (10 Ha), Kedelai (5 Ha), Jagung (5 Ha), Bawang (5 Ha), dan Sayuran (5 Ha). Harapannya agar tidak terjadi ketidakadilan terhadap para petani serta kelangkaan bahan makanan. Untuk peternakan, selain kotorannya, susu dan daging dari hewan peliharaan masyarakat bisa dijual ke koperasi, dengan harga yang bersaing dari harga di pasaran luar desa. Masyarakat secara utuh memiliki kesadaran akan ketahanan pangan di desa ini, serta keberlanjutan lingkungan di masa depan. Jika ada pengunjung dari luar desa yang ingin singgah membawa kendaraan bermotor, maka disediakan parkir di perbatasan desa yang dijaga oleh petugas. Target dari desa ini di tahun 2020 menjadi desa yang bebas kemiskinan sesuai dengan target pemerintah, yaitu Indonesia bebas kemiskinan tahun 2020.

Kamis, 16 Januari 2014

Mengurai Renda Cinta Bernoda Dusta



Roda hidup berputar, gaya manusia berubah.. Sebagian pria lebih suka menawarkan harta dan kata-kata untuk meraih cinta, dari pada menjaga cinta sederhana untuk kelak bersama mencari harta.. Sebagian wanita lebih suka menawarkan kehormatannya untuk menyambung nyawa, dari pada menjaga nyawa untuk bisa mencari nafkah dengan cara terhormat..


Aku duduk termenung di bawah lebatnya pohon manga yang tumbuh depan halaman kos-kosan. Masih terhenyak dengan isi SMS yang dikirimkan oleh seorang teman tadi siang. Omong kosong apa lagi ini? Apa benar pacarku melakukan itu? Selama satu tahun berpacaran aku belum pernah melihat pacarku berbuat yang aneh-aneh. Dia adalah gadis yang baik, penurut, dan taat beribadah. Kini, teman dekatku sendiri memergokinya jalan bersama lelaki lain dengan mesra. Kurasakan ada aliran darah panas yang perlahan mengaliri pembuluh darahku. Emosi tinggi yang ingin tumpah ruah, tertahan oleh segumpal rasa percaya terhadap pasangan, dan juga positif thinking yang sedikit dipaksakan. Aku memang seperti ini, sifatku memang cuek. Aku tidak pernah merasa bersalah ketika setiap hari tidak pernah menanyakan keberadaan pacarku. Aku tidak pernah ambil pusing ketika dia sedang diluar bersama siapa. Aku hanya selalu dihubungi ketika dia akan keluar dari kosnya. Aku akan selalu menitipkan sebuah kalimat “jaga diri baik-baik, jangan kemalaman pulangnya”

Kabar dari temanku itu harus aku pastikan langsung kebenarannya. Sejurus kemudian, malam harinya aku memutuskan untuk berangkat ke rumah temanku itu. Dia adalah penduduk pribumi di kota tempatku merantau ini. Pacarku pun perantau yang datang dari pulau besar bagian utara Indonesia. Sesampai di rumah temanku itu, kutanyakan semua tentang kebenaran kabar yang diberikannya. Dia berani bersumpah bahwa sosok yang dilihatnya malam itu adalah pacarku. Mereka keluar dari sebuah bar sambil berangkulan. Lelaki yang bersamanya berusia paruh baya, dan membawa mobil mewah. Kepalaku berputar. Darah mendidih menekan kepalaku agar segera menyeburkan cairan itu keluar. Kulihat hatiku jatuh ke tanah dan kupunguti sendiri. Jantungku berdebar tak biasa, seakan terkena pukulan jep kiri dari petinju Lennox Lewis. Sakit sekali! Baru kali ini aku merasa didustai oleh seseorang dengan tingkat dusta yang sudah berada pada level akut. Selama ini mulutku sampai berbusa mengingatkannya bahwa aku paling benci orang yang berbohong. Kenyataannya kini dia sendiri yang melakukan hal yang paling kubenci itu. Cihh! Kupegangi bahu temanku, mencoba mencari pijakan, berusaha mereduksi energi negatif yang membuncah dalam hati.

Selasa, 14 Januari 2014

Analogi Politik Hutan Amazone


Layaknya hutan hujan amazon yang tidak akan tumbuh subur tanpa adanya jamur, begitu pun pemerintah kuat tanpa adanya rakyat maka tak akan berdaulat..

Tulisan ini terinspirasi oleh salah satu channel geography yang sedang menyiarkan tentang hutan hujan Amazon. Siaran itu menayangkan tentang betapa luas dan beragamnya flora dan fauna yang hidup di dalamnya. Selain itu, disana adalah tempat mengalirnya sungai yang masih merupakan yang terbesar di dunia, yaitu Sungai Amazon. Setidaknya begitulah yang saya pernah pelajari di dalam pelajaran geografi pada saat sekolah duhulu. Hutan Amazon memiliki suhu dan kelembaban yang memungkinkan setiap keanekaragaman hayati tumbuh subur. Menurut data yang saya baca di Wikipedia, luas hutan Amazon hanya sekitar 5,5 juta kilometer persegi, namun tanahnya dimiliki oleh 9 negara; Brasil, Kolombia, Peru, Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname, dan Guyana Perancis. Tiga puluh persen dari seluruh fauna di dunia kabarnya berada disini, dan hampir setengah dari jumlah flora dunia hidup di dalamnya. Betapa luar biasanya salah satu habitat buatan Tuhan itu! Kembali pada siaran oleh televisi tadi, ada satu fakta menarik yang diungkap dalam acara itu. Peneliti mengatakan bahwa individu kecil seperti jamur bisa menentukan ada tidaknya komunitas ribuan pohon besar yang tumbuh tinggi menantang. Hal ini terkait dengan siklus kehidupan tumbuhan, dan juga proses simbiosis dalam istilah biologi.

Pikiran saya kemudian melayang pada kondisi perpolitikan Indonesia saat ini, tiba-tiba analogi muncul begitu saja dalam benak saya. Para pejabat yang sedang duduk di kursi jabatan mereka, makin tidak mengerti akan posisi dan perannya. Pejabat pemerintah selalu menjadi kacang lupa kulitnya ketika telah berhasil menduduki jabatan tertantu. Pertanyaan mendasarnya adalah, apakah mereka tidak ingat siapa yang memilih mereka? Apakah mereka tidak ingat janji-janji yang diucapkan ketika belum menjadi siapa-siapa tempo dulu? Sungguh ironis, mengingat masyarakat selalu menjadi elemen paling penting dalam penyelenggaraan negara yang katanya berdemokrasi. Rakyat harus dilihat sebagai komponen negara. Kalau ibarat dalam shalat, rakyat itu salah satu rukunnya, jika diabaikan maka tidak sah shalat. Begitu juga dengan negara, sudah jelas tertera bahwa salah satu syarat diakuinya sebuah negara secara de facto dan de jure adalah dengan adanya rakyat yang menghuni sebuah negara. Sekarang pertanyaannya, apakah presiden dan kabinetnya, serta dewan legislatif bisa menjadi pemimpin sekaligus rakyat? Siapa yang memilih dan siapa yang dipilih? Mari kita amankan amanat demokrasi untuk selalu mengutamakan kepentingan rakyat dari pada kepentingan pribadi pemimpin. Tanpa rakyat yang terkesan remeh dan kecil, tidak akan ada pemerintah. Tidak akan ada istilah ‘pemimpin’ jika tidak ada yang ‘dipimpin’, sama halnya dengan tidak akan ada ‘si kaya’ tanpa ada orang miskin.

Selasa, 07 Januari 2014

Syair dari Alam Kubur


Aku seonggok daging busuk..
Terkulai lemah tak berdaya..
Ingi berjalan namun tetap bertahan..
Ingin berontak namun tak beranjak..
Setiap ruang di sisiku hampa..
Gelap tanpa ada suara..
Tak sempatku bertanya dimana..
Takut dan harap membuncah di dada..
Baru kurasakan kesepian yang begitu dalam..
Tanpa tawa canda, hanya diam..
Kini kulihat jasadku dilahap perlahan..
Ada banyak rayap yang menikmati..
Aku berbicara dari dalam sini..
Bersyair untuk manusia bumi..
Untuk mereka yang selalu mengingkari kehidupan setalah mati..
Sekarang, jika mereka bisa mendengarku..
Kukatakan untuk tidak membuang waktu..
Menyesatkan manusia dengan teori-teori palsu..
Kehidupan akhirat itu ada, tak perlu meragu..
Buktinya kini aku jadi saksi bisu..

Rabu, 01 Januari 2014

Ayah Berkata...


Ayah : "Nak, jaket kulitmu yg tebal akan ayah bakar"
Aku : "Loh, kenapa yah?"
Ayah : "ciri-cirinya sudah jelas jaket ini bahan bakunya kulit babi"
Aku : "Kok ayah tahu?"
Ayah : "Ada beberapa bintik bergerombol tiga di beberapa bagian.. tanda seperti ini tidak hanya di jaket, bisa jadi di sepatu kulit juga.. hati-hati propaganda dari produk luar negeri, Nak"
Aku : "emank kalau sudah lewat mekanisme pabrik, tetap saja haram Yah?"
Ayah : "ya tetap saja.. kalau kulit hewan yg halal seperti sapi, kambing, kerbau akan suci ketika lewat mekanisme pabrik.. tapi kalau babi tidak sama sekali.."
Aku : "Silahkan dibakar Yah, tapi gantiin uang buat beli jaket baru.. hehe.."
Ayah : "Ayah akan belikan yang lebih mahal dari ini, asalkan kamu nggak mengenakan pakaian dari bahan haram ini seumur hidup tanpa kamu sadari"
Aku : "Siapp.."

Ayah guru paling elegan dalam hidupku.. tau segala jawaban atas problema hidup.. mampu meletakkan agama diatas penjelasan yg bijaksana..

Serasa Mati Suri


Bertahan di setumpuk kayu lapuk..
Terkatung-katung seperti sebuah patung..
Diorama terbentuk mengukir sebentuk bayang..
Perasaan terdalam tak mampu menggambarkannya..
Hanya saja sisa hidup sering meniupkan angin syahdu..
Gemetar seluruh raga jika harus menyerah..
Batu harus tetap sekeras itu..
Menghalau terjangan air bah..
Memecah kerasnya ombak lautan..
Lihatlah diujung sana..
Sekeping biji tumbuh dibalik lapuknya kayu..
Tunasnya tegas keras menantang..
Ada harapan lain yang ditawarkan..
Hati kini hidup dari jiwa yang sempat mati..
Jelmaan semangat tak pernah padam..

Bima, Tanah Magisnya Indonesia..


Ini daerah apa..?
Setiap sudut hanya ada gunung..
Gersang, kering, tak bernyawa..
Dedaun meranggas musnah menyedihkan..
Sapi dan domba enggan keluar..
Tanah lapang jadi lahan pengeringan ikan..

Ini daerah apa..?
Kulit masyarakatnya cokelat mengkilat..
Tatapan mata tajam, naluri pembunuh..
Tebasan pedang teteskan darah perang..
Pemudanya tak takut untuk mati muda..

Tanah ini milik siapa..?
Tanah yg ada sejak jaman raja..
Tanah yg magisnya tiada tara..
Rajanya sanggup berjalan di atas samudera..
Rajanya disegani para empunya legenda..

Tanah ini milik siapa..?
Indonesia bernafsu menutupi sejarahnya..
Sejarah tanah yg berjuang melawan jepang belanda..
Sejarah tanah yg harusnya jadi daerah istimewa..
Tanah dgn potensi yg luar biasa..

Kenapa masih bertanya..?
Ini bukan tentang Aceh ataupun Jogja..
Ini juga bukan masalah Jakarta apalagi Papua..
Sebuah negeri kecil di seberang sana..
Yang menyisakan jejak kaki Gajah Mada..
Yang Seorang Peramal tak diterima 'sang penjaga'..

Kenapa masih bertanya..?
Tanah ini kering karena jajaran gunung, bukan mati..
Lebih subur dari apa yg terpikir oleh ahli tani..
Dedaun meranggas karena matahari, bukan mati..
Intensitas cahaya matahari tak perlu dicari..
Mata tajam para pemuda menusuk, bukan untuk mencaci..
Sebatas ketegasan yang tak rela dinodai..

Kenapa masih bertanya..?
Seberapa pun kuat ditutupi..
Tanah ini akan menampakkan diri..
Sejarah tak boleh mati..
Untuk sebuah daerah yang selalu punya jati diri..

Pemuda, Pembangunan, dan Kemerdekaan

Potensi Pemuda Sang Proklamator, Soekarno, begitu menekankan pentingnya peran pemuda. Ungkapannya yang biasa diulang oleh kita sekarang “ ...