Tampilkan postingan dengan label Addakhil. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Addakhil. Tampilkan semua postingan

Senin, 03 Februari 2014

[Sosok] Gus Dur “Addakhil”, Sebuah Warna Pemerintahan Indonesia




Selayang Pandang

Menulis tentang sosok kyai selalu punya tantangan tersendiri jika dilakukan dalam negeri kita yang sangat agamis. Lebih dari itu, kita hidup di negara dengan penduduk Islam paling besar di dunia. Aku pun kini berada di Jawa Timur, yang notabene punya sejuta pesona berbagai pesantren, ‘rumah’ bagi ribuan ulama besar. Aku ingin lebih khusus membahas mengenai sosok ulama kharismatik kelahiran Jombang, sekaligus bapak presiden kita yang keempat setelah Soekarno, Soeharto, dan Habibie. Beliau lahir sebagai Abdurrahman Addakhil (“addakhil” = penakluk), tetapi karena tidak cukup dikenal maka diganti menjadi Abdurrahman Wahid. Beliau lahir dari keturunan ulama besar Jawa Timur sekaligus pemimpin Nahdatul Ulama (NU), ayahnya bernama Kyai Wahid Hasyim, kakeknya adalah Kyai Haji Hasyim Asy’ari; para ‘dedengkotnya’ NU. Lahir dari keluarga terpandang, membuat Wahid kecil tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, penuh kekuatan spiritual, elegan, dan mengerti problema umat.

Abdurrahman Wahid ibarat keladi, makin tua makin jadi. Beliau setelah dewasa lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur (Gus panggilan elegan dan penghormatan bagi ulama di Jawa Timur). Alur karirnya dalam dunia politik dibangun dari basis agama, dimana saat itu kaum ulama dan pesantren memegang kendali yang besar dalam tatanan negara. Perlahan namun pasti, beliau meraih dukungan kalangan ulama seluruh Indonesia untuk maju menjadi RI-1. Arah yang jelas baginya, mengingat sebelum berhasil menjadi presiden, beliau aktif di berbagai forum dan perhimpunan pergerakan. Beliau juga tidak sulit mengambil-alih kursi kepemimpinan NU setelah periode sang ayah. Gus Dur menjadi ketua NU selama 3 periode berturut-turut sebelum akhirnya menduduki kursi presiden. Gus Dur diakui sebagai revolusionis dalam tubuh NU, dan selalu disegani oleh presiden Soeharto pada masa itu.

Pemuda, Pembangunan, dan Kemerdekaan

Potensi Pemuda Sang Proklamator, Soekarno, begitu menekankan pentingnya peran pemuda. Ungkapannya yang biasa diulang oleh kita sekarang “ ...