Minggu, 02 Oktober 2016

SMART CITY; Alunan keseimbangan antara manusia dan teknologi (Harapan untuk Kota Bima tercinta)



Cermin dari Kota-Kota Besar

"Teknologi bisa membuat orang cerdas, tapi juga bisa membuat orang tetap bodoh. Yang cerdas adalah teknologinya, tapi orangnya tetap bodoh." (Yasraf Amir Piliang, Budayawan)

Saya rasa kita sudah tidak asing dengan frasa "Smart City" sebagai bagian dari ikhtiar pemerintah dalam membentuk kota-kota di Indonesia menjadi lebih baik. Sederhananya, Smart City adalah konsep kota yang ingin memudahkan setiap aktivitas masyarakatnya melalui sinergi dengan teknologi modern. Konsep ini sudah menjadi formula yang banyak diadopsi oleh beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Makassar dan Malang.

Seperti apakah penerapan-penerapan konsep Smart City di beberapa kota itu? Sebut saja pemasangan jaringan CCTV di berbagai sudut kota, pembayaran tiket dengan kartu, pemantauan petugas kebersihan, berbagai aplikasi ojek dan taxi Online, pengadaan titik-titik hotspot di taman kota, pembayaran pajak Online, E-samsat, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Menurut survei yang dibawahi oleh Komisi I DPR bahwa pengguna jaringan internet di Indonesia sudah tembus di angka 80 juta orang. Dengan kata lain, 80 juta orang ini tidak lagi hanya menggunakan fasilitas SMS dan Call saja, tetapi sudah lihai dalam berkirim pesan Facebook, WhatsApp, WeChat, Line, LinkedIn, Path, dan lain sebagainya. Sebagian lagi tidak hanya membaca koran versi cetak, namun sudah sangat gemar membuka situs koran versi online nya. Ini artinya apa? Animo masyarakat terhadap informasi digital semakin meningkat, sehingga mendukung diterapkan nya konsep Smart City ini, yang sarat akan aroma teknologi.

Senin, 12 September 2016

Ibrahim-Ismail, duet ayah dan anak yang tetap "kekinian"


Kita mungkin sering dengar nama cewek yang tiba-tiba nge-hits di jagad media, Jessica Kumala Wongso? Kita juga mungkin ikut terbawa perasaan saat melihat wajah seorang berkepala hampir gundul yang tersangkut isu dwi-kewarganegara-an, Archandra Tahar? Dan kita rela berkembang-kempis hidung menyaksikan para artis yang membagi kisah hidupnya sehari-sehari bersama anak-anaknya, seringkali kita sebut itu sebagai hiburan?

Berapa lama kisah mereka akan bertahan dalam benak kita? Seminggu? Sebulan? Setahun?
Bagi saya pribadi, channel televisi makin tidak berkenan di hati, kecuali acara sepakbola, MotoGP dan standup comedy..

Momen Hari Raya Idul Adha selalu memberi kesan yang mendalam. Terdapat kebersamaan, persaudaraan, solidaritas, dan tentu saja : senyuman. Bukan hanya karena ramai hewan kurban, tetapi juga karena banyak pelajaran..
Di hari yang suci ini, tidak perlu kita membuka layar televisi mencari hiburan. Inilah sebenarnya yang kita butuhkan sehari-hari; interaksi nyata, bertatap muka, jauh dari bayangan kehidupan artis di ibukota sana, berhenti sejenak mendengar isu-isu politik yang melelahkan, kita menikmati apa yang ada di depan mata, saling berucap syukur penuh makna..

Pemuda, Pembangunan, dan Kemerdekaan

Potensi Pemuda Sang Proklamator, Soekarno, begitu menekankan pentingnya peran pemuda. Ungkapannya yang biasa diulang oleh kita sekarang “ ...