Tampilkan postingan dengan label Romatisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Romatisme. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 22 Maret 2014

101 Romantic Idea, Belajar dari Michael Webb



Berbicara tentang hubungan percintaan maka tidak akan lepas dari kata-kata romantis. Namun romantis tidak selalu dengan kata-kata. Tindakan dan penerimaan, yang notabene bersifat lebih nyata, juga menjadi salah satu kriteria keromantisan. Ukuran romantisnya kata-kata dan tindakan dari seseorang pun sungguh amat relatif, tergantung dari pribadi yang menerimanya. Ada seorang wanita yang merasa pasangannya romantis karena setiap tiga hari sekali diberikan bunga dan cokelat. Ada yang merasa pasangannya romantis hanya karena selalu dilibatkan dalam aktivitas sehari-harinya di lapangan walau hanya melalui telepon. Ada pula yang merasa romantis hanya ketika sudah bertemu dan bercumbu. Saking berbeda-bedanya cara seseorang menerapkan dan merasakan keromantisan, sampai-sampai perilaku romantis hampir kehabisan stok. Maka muncullah apa yang disebut dengan perilaku gombal. Wabah ‘gombal warming’ ini terjadi karena sudah semakin banyak sikap dan kata-kata romantis yang diulang-ulang, sehingga sudah sering didengar dan basi. Penting kiranya untuk para pasangan agar mencari referensi dan wawasan yang luas agar kata-kata dan tindakan yang dilakukan terhadap pujaan hati tidak dianggap sebagai gombalan belaka. Salah satu referensi yang bisa dijadikan rujukan untuk para pemburu keromantisan adalah 101 Romantic Ideas by Michael Webb (Founder of TheRomantic[dot]com). Berikut ini saya terjemahkan sendiri jurus-per-jurus dari ide romatis tersebut. Siapkan kopi hitam dan rokok anda untuk tetap berada di depan layar, membaca dengan seksama. Bagi yang sudah pernah

Jumat, 21 Februari 2014

Kalian, Sejiwa yang Hilang

Ku berjalan dalam sebuah lingkaran..
Mengikat tangan untuk sebuah tujuan..
Menerobos malam dari ribuan jalan..
Begitu erat seakan tak tergoyahkan..
Langkah kaki kuayunkan hanya bersama kalian..

Piring lusuh sering menjadi alas makan bersama..
Tanah lapang kering menyisakan jejak sepatu kita..
Bibir lautan surut menunggu tawa ceria seperti biasa..
Pepadi pun layu mengantar hilangnya manusia sejiwa..
Banyak sudah yang tlah terjadi dari masa ke masa..

Kalian rela menjadi bara api, ketika aku kedinginan..
Kalian mampu menjadi lentera, saat aku di kegelapan..
Kalian sanggup menjadi angin, terbangkanku gapai angan..
Kalian bisa terus menjadi putih, hingga aku tau hitam kehidupan..
Kalian pahami aku, layaknya tanah yang menerima daun berguguran..

Mimpiku ternyata tak selamanya indah..
Angan tentang kalian perlahan musnah..
Ada cinta lain yang membuat berubah..
Menganga jurang dalam seakan harus berpisah..
Lepaskan genggaman ini, lalu bersama dia pergilah..

Ku paham atas segala perbedaan tak terhindari..
Pandangan berbeda membenamkan persamaan visi..
Biarlah lingkaran hidup kuarungi sendiri..
Bertahan dengan wadah cinta yang pernah kalian bagi..
Mungkin inilah hidup yang mesti dijalani, bukan disesali..

Pemuda, Pembangunan, dan Kemerdekaan

Potensi Pemuda Sang Proklamator, Soekarno, begitu menekankan pentingnya peran pemuda. Ungkapannya yang biasa diulang oleh kita sekarang “ ...