Tampilkan postingan dengan label cinta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cinta. Tampilkan semua postingan

Jumat, 06 Maret 2015

WANITA ITU INDAH? (All About Love)


Beuhhh.. Kok selalu bahas cinta sih? Bosen!

Loh, jangan salah. Kita diciptakan dengan cinta, dibuat dengan gabungan cinta, dibesarkan dengan cinta, dikubur pun kelak dengan deraian air mata cinta. Jadi apa yang salah dengan ‘darah’ cinta yang mengalir dalam setiap urat nadi kita?

Terus, kenapa judulnya bawa-bawa nama wanita?

Cinta itu ada karena ada dua jenis manusia berbeda. Pria membuat cinta kuat, sedangkan wanita membuat cinta indah. Walaupun kita bisa saja menyebut perasaan kita kepada keluarga; ayah, ibu, kakek, nenek, adik, kakak, juga adalah cinta. Tapi percaya atau tidak, ketika kita beranjak dewasa, naluri untuk mendapatkan pasangan hidup membuat prioritas cinta kita dalam hidup menjadi hancur-lebur. Kita bisa saja mengesampingkan keluarga jika dibenturkan dengan kepentingan pasangan kita. Kita bisa saja bangga dengan titel “durhaka” pada keluarga demi melihat pasangan kita bahagia!

Idealnya kata para ustadz, prioritas cinta kita di dunia ini segalanya harus tetap berada di bawah cinta terhadap Pencipta dan juga orang tua. Ketika prioritas itu dilanggar, maka cinta itu akan berjalan tanpa arah : kepada Sang Pencipta kita membuatNya murka, kepada orang tua kita menanamkan bibit durhaka.

Kamis, 16 Januari 2014

Mengurai Renda Cinta Bernoda Dusta



Roda hidup berputar, gaya manusia berubah.. Sebagian pria lebih suka menawarkan harta dan kata-kata untuk meraih cinta, dari pada menjaga cinta sederhana untuk kelak bersama mencari harta.. Sebagian wanita lebih suka menawarkan kehormatannya untuk menyambung nyawa, dari pada menjaga nyawa untuk bisa mencari nafkah dengan cara terhormat..


Aku duduk termenung di bawah lebatnya pohon manga yang tumbuh depan halaman kos-kosan. Masih terhenyak dengan isi SMS yang dikirimkan oleh seorang teman tadi siang. Omong kosong apa lagi ini? Apa benar pacarku melakukan itu? Selama satu tahun berpacaran aku belum pernah melihat pacarku berbuat yang aneh-aneh. Dia adalah gadis yang baik, penurut, dan taat beribadah. Kini, teman dekatku sendiri memergokinya jalan bersama lelaki lain dengan mesra. Kurasakan ada aliran darah panas yang perlahan mengaliri pembuluh darahku. Emosi tinggi yang ingin tumpah ruah, tertahan oleh segumpal rasa percaya terhadap pasangan, dan juga positif thinking yang sedikit dipaksakan. Aku memang seperti ini, sifatku memang cuek. Aku tidak pernah merasa bersalah ketika setiap hari tidak pernah menanyakan keberadaan pacarku. Aku tidak pernah ambil pusing ketika dia sedang diluar bersama siapa. Aku hanya selalu dihubungi ketika dia akan keluar dari kosnya. Aku akan selalu menitipkan sebuah kalimat “jaga diri baik-baik, jangan kemalaman pulangnya”

Kabar dari temanku itu harus aku pastikan langsung kebenarannya. Sejurus kemudian, malam harinya aku memutuskan untuk berangkat ke rumah temanku itu. Dia adalah penduduk pribumi di kota tempatku merantau ini. Pacarku pun perantau yang datang dari pulau besar bagian utara Indonesia. Sesampai di rumah temanku itu, kutanyakan semua tentang kebenaran kabar yang diberikannya. Dia berani bersumpah bahwa sosok yang dilihatnya malam itu adalah pacarku. Mereka keluar dari sebuah bar sambil berangkulan. Lelaki yang bersamanya berusia paruh baya, dan membawa mobil mewah. Kepalaku berputar. Darah mendidih menekan kepalaku agar segera menyeburkan cairan itu keluar. Kulihat hatiku jatuh ke tanah dan kupunguti sendiri. Jantungku berdebar tak biasa, seakan terkena pukulan jep kiri dari petinju Lennox Lewis. Sakit sekali! Baru kali ini aku merasa didustai oleh seseorang dengan tingkat dusta yang sudah berada pada level akut. Selama ini mulutku sampai berbusa mengingatkannya bahwa aku paling benci orang yang berbohong. Kenyataannya kini dia sendiri yang melakukan hal yang paling kubenci itu. Cihh! Kupegangi bahu temanku, mencoba mencari pijakan, berusaha mereduksi energi negatif yang membuncah dalam hati.

Kamis, 26 September 2013

DARI HATI UNTUK CINTA (Representasi Kisah Para Pelaku Cinta)



Ibarat laju aliran sungai, yang sebelum mencapai lautan tidak akan terhenti. Bagai alunan musik dari composer terkenal, tak akan lelah melantunkan nada merdu sebelum ajal menjemput. Seperti sang bintang yang terus bercahaya, sebelum sang rembulan datang menggantikan. Begitu pula perumpamaan cinta. Cinta tak akan terhenti sebelum munculnya titik jenuh yang membuat pelaku cinta berada pada kondisi serba salah. Cinta memang selalu indah pada pandangan pertama. Cinta layaknya sabun mandi yang harumnya di awal begitu menggoda, kemudian hilang di saat terakhir. Cinta tidak lain adalah secangkir kopi, yang jika tidak dibumbui dengan gula kehidupan, maka pahitnya begitu terasa.

Jumat, 11 Januari 2013

TIGA SERANGKUL



Nampaknya apa yang dikatakan oleh sebagian orang memang benar adanya, bahwa hidup ini dinilai berdasarkan apa yang pernah kita lihat. Pada tahun 2003, saat aku masih duduk di Madrasah Tsanawiyah, pelajaran agama kurasa amat menarik sampai termanifestasikan ke dalam perilaku sehari-hari. Contoh kecilnya saja, saking seringnya memakai kopiah aku sampai lupa tidak memakai helm di saat ada razia lalu lintas. Selain itu, bulu kaki ini panjang melambai karena sering menggunakan celana panjang. Suasana berubah ketika aku akan masuk SLTA. Ayah begitu ‘ngebet’ memasukkan aku ke sekolah agama (lagi), tetapi aku berhasil meyakinkan beliau bahwa atmosfer persaingan di sekolah umum akan lebih terasa. Hatiku juga menambahkan : “yang pasti cewek-ceweknya juga lebih terasa”. Nah, jadilah nilai-nilai keagamaan yang telah dipupuk akhirnya kering kerontang akibat tidak disirami. Dunia baru itu justru sangat menarik, ada sebuah dinamika. Banyak kontroversi, obsesi, manipulasi, sampai harus pake dasi. Tidak ada rasa kaku seperti biasanya, membuat hatiku merasa inilah duniaku. Disini aku “belajar” bolos melewati tembok setinggi 2 meter, aku belajar trik mengambil rokok di kantong satpam yang sedang tertidur di tempat duduknya, tak lupa juga aku pahami metode korupsi uang OSIS untuk kegiatan-kegiatan yang saat ini baru kusadari sebagai hedonisme anak-anak alay.

GELORA CINTA ANAK DESA


Filosofi yang seringkali terdengar menyapa telingaku sejak dahulu adalah bahwa setiap manusia diciptakan memiliki hati agar dapat mencintai. Hal itu yang kemudian membawa lamunanku pada potongan kisah hidup yang telah terangkai 13 tahun yang lalu. Aku adalah Faqih, anak sulung dari tiga bersaudara. Kami hidup sebagai keluarga bahagia di sebuah kota kecil di ujung timur Pulau Sumbawa, Kota Bima namanya. Ayahku seorang PNS yang telah bergolongan 4A, sedangkan ibu hanya bekerja di rumah, padahal beliau bergelar sarjana. Setelah dewasa baru aku tahu kisahnya. Beliau sebenarnya dulu nyaris bekerja sebagai pegawai bank. Ayahku melarangnya untuk bekerja, dengan berbagai pertimbangan tentunya.

Jumat, 06 Januari 2012

REALITAS CINTA SANG VISIONER





Kasihku..
Kutahu dan kuyakini bahwa aku jauh dari sempurna. Ketika kau memilih diriku untuk mengisi hatimu, betapa ku merasa menjadi manusia yang beruntung. Kuresapi benar-benar karunia Tuhan itu ada. Tubuhku selalu penuh oleh aliran darah hangat dan menggebu, yang sebelumnya tak pernah nadiku merasakannya. Jujur saja kau memberikan sentuhan berbeda dalam hariku.

Pemuda, Pembangunan, dan Kemerdekaan

Potensi Pemuda Sang Proklamator, Soekarno, begitu menekankan pentingnya peran pemuda. Ungkapannya yang biasa diulang oleh kita sekarang “ ...