Jumat, 06 Januari 2012

REALITAS CINTA SANG VISIONER





Kasihku..
Kutahu dan kuyakini bahwa aku jauh dari sempurna. Ketika kau memilih diriku untuk mengisi hatimu, betapa ku merasa menjadi manusia yang beruntung. Kuresapi benar-benar karunia Tuhan itu ada. Tubuhku selalu penuh oleh aliran darah hangat dan menggebu, yang sebelumnya tak pernah nadiku merasakannya. Jujur saja kau memberikan sentuhan berbeda dalam hariku.

Kasihku..
Semakin lama hatiku makin berdesir oleh sayangmu. Tak sulit untuk menghubungkanmu dengan sebuah anugerah dari Tuhan. Membuatku selalu ingin bertanggung jawab menjaga dan bahagiakanmu. Sampai terkadang aku sulit untuk memilah perasaanku sendiri. Saking aku tak bisa mengungkap sebesar apa sayangku padamu kini. Yang kutahu kau selalu jadi seseorang yang kudamba, yang selalu kubela, yang selalu kupuji, yang tak ingin sedikitpun kusakiti. Lihatlah, betapa spesialnya dirimu bagiku.
Kasihku..
Mengapa kau selalu kudamba? Kau tahu nggak, rasa nyaman yang kurasakan ketika kita berbincang tak ada duanya. Wanita-wanita yang datang mampir di hatiku sebelumnya belum pernah ada yang mampu mencapai level ini. Senyum yang kau sunggingkan untukku tak pernah bosan kutatapi. Hingga dapat kupastikan bahwa kusanggup tak beranjak dari tempat dudukku di sampingmu demi senyummu tetap tinggal di hati. Tingkahmu yang lucu selalu menularkan virus keceriaan dalam benakku, yang mampu menghancurkan seribu murka yang terpendam oleh sebab kepenatan hidup.
Kasihku..
Mengapa kau selalu jadi orang yang kubela? Kutahu dan kupahami bahwa mereka hanya membual. Mereka hanya ngomong kosong. Orang-orang itu tidak tahu siapa dirimu. Mereka tidak mengenalimu seperti aku mengenalmu. Di mataku kau selalu pribadi yang positif. Apalagi di hatiku, kau selalu hidup. Perilakumu padaku membawa kedamaian. Itu lebih dari cukup bagiku untuk meridhoimu sebagai orang baik. Terserah orang lain berkata apa.
Kasihku..
Mengapa engkau selalu menjadi orang yang kupuji? Tahu nggak sayang, dirimu begitu unik. Kau bisa memberikan sentuhan yang tidak biasa di hati. Sesuatu yang selalu membekas dalam sanubari. Kau mampu mengimbangi harapan dan impianku dengan sebuah keyakinan yang membangun. Spirit dari ucapanmu menjadi donatur bagi nafas perjuanganku. Aku tak segan memberikan pujian untukmu di depan orang tuaku, keluarga besarku, bahkan teman-temanku. Aku yakin itu terkadang membuat orang lain iri pada kita. Itu salah satu penghargaanku untukmu.
Kasihku..
Mengapa kau selalu tak ingin kusakiti? Tahu nggak sayang, tak pernah terbersit secuil pun dalam benakku untuk menyakitimu. Jika selama ini ada sesuatu yang menyinggungmu itu semata terlaksana tanpa kuinginkan, tanpa kurencanakan, aku terkadang khilaf sebagai manusia. Selalu rasa sesal dan bersalah datang belakangan. Dalam lubuk hatiku terdalam hanya ada motivasi untuk membahagiakanmu, hingga kita tua nanti. Aku ingin hidup damai dan sejahtera dalam bahtera rumah tangga yang indah. Menuntun lembut tangan anak kita ketika dia baru belajar berjalan. Menemaninya dalam menjemput mimpi indah. Ah, betapa indah saat hari itu tiba.
Kasihku..
Tahu nggak dirimu, aku menyebut diriku sendiri sebagai pecinta sejati. Entah itu sebuah kesombongan atau bukan. Aku tak terbiasa beraktivitas sehari tanpa memikirkanmu, sangat sumringah ketika berhasil membangunkanmu untuk shalat, bagitu marah ketika tahu bahwa dirimu tidak menuruti saranku walaupun saran itu untuk makan tepat waktu yang intinya semua demi kebaikanmu, sangat khawatir saat tahu kau belum pulang saat mentari mulai beranjak menuju peraduannya, ditambah lagi dirimu tidak mengangkat telepon saat kuberusaha menghubungimu menanyakan dirimu dimana. Kau mungkin tak peduli begitu memuncaknya kekhawatiranku hingga kepala terasa bagai dipenuhi cairan keras. Mungkin kau juga tidak merasakan betapa cemburunya aku ketika ada orang baru yang mencoba menarik perhatianmu, apalagi berusaha menggodamu. Bukan aku tak percaya padamu, bukan pula aku ragu. Aku hanya tak mampu membendung semua pertanyaan yang tiba-tiba datang menyergap hatiku : “mengapa mereka menggodanya?”.. “mengapa tidak wanita lain saja yang digoda dan didekati?”.. “mengapa mereka tidak melihat dan menghargai aku sebagai kekasihnya”.. “kenapa pula mereka berani-beraninya menggoda di belakangku?”.. Kau tahu sayang, tanpa kau perintahkan pun aku bisa bahkan membunuh orang-orang yang berniat jahat padamu. tolong Asal kau tahu, saat ini aku yakin punya keberanian mempertaruhkan apa pun untuk menjagamu. Sebab aku mengartikan sebuah komitmen sebagai suatu yang sakral, lebih dari pacaran, lebih dari hanya sekedar perasaan. Tidak ada main-main perasaan, tidak ada coba-coba menyukai, dan tidak akan ada hati yang mendua. Kita terikat janji langit. Itu yang selalu berusaha kutanamkan dalam-dalam di rongga terdalam bilik hatiku, dan di dasar tergelap di otak bawah sadarku. Perlakuanmu padamu bukan semata-mata apa yang kau sebut dengan overprotective. Aku hanya berusaha sekecil mungkin meminimalkan segala dampak yang tidak aku inginkan, mungkin juga yang tidak kita inginkan bersama. Tolong jangan merasa aku membatasimu. Aku hanya bergerak sebatas garis yang masih sewajarnya. Dan lebih dari itu sayangku, tolong jangan pernah dengan kesalahanku kau berubah membenciku. Aku tak sanggup mendengar nada-nada kekesalan, nada-nada penyesalan, dan nada-nada kekecewaan darimu. Karena itu semua bisa sangat mempengaruhi diriku, hariku, bahkan semangatku. Aku selalu berusaha hanya menerbitkan senyum di garis bibirmu sayang. Tak ingin sedikitpun kau kesal, menyesal, dan kecewa. Aku akan lebih tersiksa melihatmu seperti itu, percayalah..
Kasihku..

Bayangkan betapa indahnya hari itu. Hari dimana kita duduk anggun di kursi pelaminan. Didampingi oleh kedua orang tua masing-masing. Para undangan sangat ramai berdatangan memberikan restu. Setelah itu kita menjalani saat-saat bulan madu yang romantis. Tak berapa lama momongan itu hadir. Anak pertama kita laki, sesuai dengan harapan kita. Kita mengasuh dan membesarkannya dengan kasih sayang, agar kelak dia bisa tumbuh menjadi pemuda tangguh yang mandiri, berguna bagi agama, keluarga, serta nusa dan bangsa. Kemudian anak perempuan lahir melengkapi kebahagiaan kita. Ayo bayangkan sayaang… Coba bayangkaan.. Refleksikan sebagai impian.. Bantu semua dengan doa.. Yakinkan dalam sanubari.. Kita pasti bisa bahagia.. Amiiiinnn…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan komentar anda..
Pasti sangat membangun untuk perbaikan blog ini..

Pemuda, Pembangunan, dan Kemerdekaan

Potensi Pemuda Sang Proklamator, Soekarno, begitu menekankan pentingnya peran pemuda. Ungkapannya yang biasa diulang oleh kita sekarang “ ...