Jumat, 06 Januari 2012

ROMANSA SANG VISIONER


Wanita adalah belahan separo (yang sama) dengan pria”
(HR. Abu Dawud dan Ahmad)
 Wanita pertama yang kulihat di dunia ini adalah ibu, dan wanita pertama yang sering merajuk padaku adalah adik kecilku. Mereka berdua telah mengisi penuh kedua bilik hatiku dahulu. Saat kau hadir sebenarnya sudah tak ada celah yang aku hamparkan untuk orang lain di hati. Tetapi kau datang membawa satu bilik hati tambahan untukku. Anggun parasmu selalu seiring sejalan dengan baik hatimu. Memberi suatu sentuhan yang berarti bagi visi hidupku kini dan kelak.          
Aku percaya Allah, sehingga aku pun yakin pada jodoh. Pertemuan hati yang kuyakini tak akan dapat terjalin tanpa campur tanganNya, selalu begitu indah sebagai memori nostalgia. Tanpa terasa romansa yang telah terukir hampir dua belas bulan lamanya semakin manis untuk dilakoni. Rasa sayang muncul dan menderu begitu saja dengan begitu indah, tak pernah berharap untuk terhenti. Aku menggantungkan asa yang tinggi padaNya agar tak mengacuhkan setiap doaku, mungkin saja Allah bosan mendengar doa pendosa semacam aku. 
          Kini aku mulai terbiasa mengikutsertakan namanya setelah doa untuk kedua orang tua. Aku pun mulai terbiasa merasakan indahnya hidup berdua dalam payung rumah tangga yang sah, terasa benar menekan adrenalin. Tak henti-hentinya dalam hatiku terpekik “Ku ingin menjadi yang halal baginya!!”. Sayang itu ada, aku akui semakin bertambah, dalam hatiku yang terdalam. Dia pun mewujudkan sayangnya melalui sentuhan yang begitu hangat kurasa. Aku tak perlu menengok ke dalam hatinya untuk merasakan getaran itu. Pagi yang cerah dia segarkan aku dengan perhatiannya. Siang datang diiringi oleh tawa cerianya. Malam menjelang damai dan tenang dengan kecupan kening darinya mengantar aku menjemput mimpi-mimpi indah. 
           Tidak pernah terlintas kebohongan dalam ucapannya, sangat pemalu untuk meminta sebelum memberi, dan amat halus dalam menjaga amanahku. Benar-benar membuat hatiku berdesir dengan halus. Tak dapat diingkari lagi bahwa hadirnya mengubah pandangan hidupku menjadi lebih visioner. Impianku terbentuk untuk membahagiakannya juga keluarga besarku. Ya, keluargaku tentu bahagia jika aku bahagia dengannya. Mereka telah saling kenal dengan baik. Aku pun sungguh bahagia tak terperikan ketika mendapati keluarganya menerimaku dengan sangat ramah. 
         Sekarang tak ada yang kupikirkan selain memacu diriku untuk segera sukses, meraih impian yang selama ini masih di angan. Setelah semua itu tercapai aku akan datang meminangnya dengan Bismillah, Sayangku.. Tunggu dan selalu doakan yang terbaik buat kita berdua. Semoga sama-sama meraih kesuksesan untuk hidup kelak yang lebih bahagia dan sejahtera. Amiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan komentar anda..
Pasti sangat membangun untuk perbaikan blog ini..

Pemuda, Pembangunan, dan Kemerdekaan

Potensi Pemuda Sang Proklamator, Soekarno, begitu menekankan pentingnya peran pemuda. Ungkapannya yang biasa diulang oleh kita sekarang “ ...