Jumat, 11 Juli 2014

Anda Lebih Suka Meng-kritik ATAU Di-kritik? Renungkan Tulisan Ini!

Kehausan kita akan persetujuan, sama besarnya dengan ketakutan kita terhadap kritik.
 (Hans Selye)

Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua.. Salam lima jari! Heuheu..

Apa topik yang sedang menjadi tren di Indonesia? Ya, sembilan puluh sembilan dari seratus orang akan menjawab : Pemilu Presiden-Wakil Presiden. Saya pribadi sudah punya pilihan, tapi tetap tidak mau terpancing untuk masuk dalam kisruh fanatisme yang berlebihan.

Sebenarnya tulisan ini tidak memfokuskan pada kegiatan pemilu, namun lebih umum lagi terkait dampak dari sebuah kritikan terhadap kejiwaan seseorang. Tema menarik ini terilhami dari buku How to Win friends and Influence People, karangan Dale Carnegie, yang kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia judulnya jadi : bagaimana mencari kawan dan mempengaruhi orang lain. Apa pesan inti dari buku itu? Baru membaca bab pertama saya sudah tercerahkan dibuatnya. Jadi yang saya tulis ini hanya kandungan ilmu di bab pertama! Bagi yang sudah pernah membaca dan memahami isi bukunya, silahkan di skip saja tulisan ini. Heuheu..

Ada 3 prinsip yang harus diperhatikan dalam teknik mendasar untuk menangani manusia. Ketiganya bisa jadi sangat efektif sebagai cermin untuk kita berkaca kembali dan menata ulang sikap yang terlanjur membuat hubungan kita dengan keluarga, teman, sahabat, kerabat, pacar, atau selingkuhan (#upss) hancur berantakan.


Prinsip I : jangan mengkritik, mencerca, dan mengeluh


Percaya atau tidak, seorang penjahat pun tidak akan suka kalau dikritik. Mau bukti? Tiga orang pembunuh paling kejam yang pernah ada di Amerika (Crowley, Al Capone, dan Dutch Schultz), ketika mereka berhasil ditangkap oleh polisi, sama sekali tidak pernah menyalahkan diri sendiri atas kejahatan keji yang pernah mereka perbuat. Crowley sesaat sebelum dihukum mati mengatakan bahwa di balik bajunya yang gelap ada hati yang tidak tega menyakiti orang lain. Al Capone mengatakan dia berbuat jahat untuk membantu masyarakat miskin mendapat keadilan. Sedangkan Schultz memberikan julukan untuk dirinya sendiri sebagai dermawan publik.

Pemuda, Pembangunan, dan Kemerdekaan

Potensi Pemuda Sang Proklamator, Soekarno, begitu menekankan pentingnya peran pemuda. Ungkapannya yang biasa diulang oleh kita sekarang “ ...