Sabtu, 22 Maret 2014

Fotografer Asing Mual Lihat Pasar Tradisional Tomohon

Tidak mengherankan jika Indonesia digandrungi oleh para wisatawan dunia sebagai destinasi wisata. Kekayaan alam yang tiada tara, potensi keanekaragaman budaya yang luar biasa, serta peninggalan sejarah yang menyimpan sejuta romantisme masa lalu, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong. Wisatawan yang berkunjung ke Indonesia memiliki beragam tujuan, ada yang ingin menikmati pantai beserta terik mataharinya, ada yang datang untuk menikmati alam bawah laut, ada yang memiliki preferensi menguak misteri di balik situs-situs sejarah, ada pula yang gemar mengabadikan semua potensi dalam bentuk foto. Berbicara tentang foto, stok pemandangan yang ada di negara kita tidak akan pernah ada habisnya untuk diabadikan. Selalu ada tempat baru, objek baru, dan kondisi baru yang selalu menarik untuk diabadikan.

Salah seorang wisatawan asing asal Oman yang konsen di dunia fotografi, Raymond Walsh, secara langsung datang mengunjungi Pasar Tradisional Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Dia awalnya datang ke Indonesia untuk menikmati seluruh keunikan yang ada di berbagai daerah dari balik lensa kualitas tinggi miliknya. Ketika dia mengunjugi pasar tersebut, betapa kagetnya dia terhadap pemandangan yang pertama kali dia saksikan seumur hidup. Wajah Walsh berada di antara takjub, bingung, dan ngeri. Betapa tidak, pasar itu mengahadirkan konsep dan konten berjualan yang amat berbeda dengan apa yang sering terbayang di pikirannya. Meja-meja besar di pasar tidak hanya diletakkan untuk sayur dan ikan saja, tetapi juga hewan-hewan yang tergolong hewan buas dan hewan peliharaan pun berjajar rapi diatas meja (monyet, tikus, kungkang, ular ukuran besar, hingga kucing). Walsh sesaat bergidik dan merasa mual serta pusing memandang setiap pemandangan dalam pasar. Dia begitu iba dengan beberapa hewan yang di negaranya merupakan hewan peliharaan kesayangan, seperti kucing dan anjing, namun justru disini kedua hewan tersebut malah diburu, dibunuh,
dengan cara yang tidak hewani. Ada yang dibunuh dengan tembakan, beberapa hewan kecil dibunuh dengan cara kepalanya dihantamkan ke batu atau tembok, ada yang ditusuk dengan besi tajam, kemudian ada pula yang dicekik hingga mati dengan menggunakan tali.





Wisatawan asing seperti Walsh sudah pasti akan sering terheran-heran jika mengunjungi Indonesia, namanya juga negara dengan kekayaan budaya tinggi. Jika wisatawan yang datang tidak terkejut dan terpesona, tidak mungkin Indonesia begitu digandrungi oleh jutaan wisatawan asing, dan tentunya selalu dipuji. Budaya ketimuran yang sangat kontras dengan barat memang menyimpan sejuta eksotisme, berbeda bagai langit dan bumi. Ketika orang barat mual dan pusing melihat beberapa pasar di daerah yang menjual hewan-hewan buas, begitu pula dengan orang Indonesia yang akan merasa mual jika melihat orang barat dengan entengnya berhubungan seks di ruang publik. Ketika orang barat mencari dan menggilai cahaya matahari untuk berjemur, orang Indonesia akan sebisa mungkin untuk mencari tempat berteduh dari teriknya. Ketika orang di beberapa negara barat mencintai hingga menikah dengan sesama jenis, orang Indonesia sering mual melihat fenomena tersebut. Ketika orang barat mengedepankan hukum negara, sementara di Indonesia masih kuat memegang prinsip-prinsip hukum adat. Contoh kecilnya saja di sebuah desa daerah saya, seorang yang terbukti mencuri sapi ditangkap dan disembelih langsung oleh tetua desa itu. Mata pencuri itu ditutup, kemudian dieksekusi sama seperti penyembelihan sapi ketika hari raya kurban. Sangat berbeda dengan beberapa negara barat, di negara yang hukumnya kuat, kesalahan sekecil apa pun selalu berurusan dengan konstitusi negara.

Masing-masing pihak, barat dan timur, memang memiliki budaya yang berbeda. Penting untuk tetap bangga dan menjaga budaya tersebut agar tidak luntur. Tren dalam dunia global saat ini telah membawa pada fenomena tarik-menarik budaya. Masalah besarnya adalah justru kutub magnet budaya barat lebih kuat mencengkeram dan melancarkan propaganda bagi masyarakat dunia timur. Hal ini kemudian berdampak pada kecenderungan negara timur untuk mengekor dan mengikuti apa yang dibentuk oleh barat, terutama budaya. Gaya, mode, hobi, metode, faham, dan lain-lain telah benar-benar terdistorsi mengikuti selera mereka. Inilah yang akan secara perlahan mengaburkan budaya ketimuran yang dianggap masih sangat luhur, hingga orang timur berada pada suatu kondisi dimana sudah tidak bisa membedakan lagi yang mana budaya sendiri dan mana budaya asing. Lahirlah generasi-generasi bingung yang kehilangan jati diri dan nilai-nilai luhur budaya. Tentu semua pihak yang merasa peduli dengan budaya ketimuran perlu selalu sadar akan rongrongan bahaya ini, dan kemudian bisa mensiasati dengan cara-cara yang bijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan komentar anda..
Pasti sangat membangun untuk perbaikan blog ini..

Pemuda, Pembangunan, dan Kemerdekaan

Potensi Pemuda Sang Proklamator, Soekarno, begitu menekankan pentingnya peran pemuda. Ungkapannya yang biasa diulang oleh kita sekarang “ ...