Selasa, 28 Januari 2014

[PUISI] Hariku di Damaskus



Mentari akan beranjak dari peraduannya..

Mengantar pagi cerah nikmat dunia..

Terbangun dengan syukur tiada tara..

Jendela tua berderik pelan saat kubuka..

Ternyata, aku berada di belahan bumi berbeda..



Cahaya lampu kota mewah mewarna indah..

Gedung menjulang terselingi suasana ramah..

Aku pikir aku telah salah, mimpikah?

Membayanginya pun aku tak pernah..

Seketika aku merasa takut dan nyaris menyerah..


Sosok berjubah putih mengajakku beranjak..

Orang ini berkilau layaknya bulu seekor merak..

Pesonanya sempurna, siapa pun pasti terhenyak..

Wajah campuran layaknya orang arab dan irak..

Sepanjang jalanku seperti terjerat, tak banyak bergerak..


Aku terbawa dalam suasana di depan mata..

Gang sempit ala zaman dahulu kala..

Penuh jubah tertutup khas pakaian muslim wanita..

Rumah-rumah berbentuk kotak ber-parabola..

Toko-toko kecil menjual bahan kualitas aneka rupa..



Ada rasa kagum menyusup dan menepi di hati..

Pada Yousof Al-Azmeh Square yang ramai..

Pada megahnya bangunan Masjid Umawi..

Pada tepian kota yang dialiri sungai..

Pada damai yang tercipta dalam suasana religi..


Pintu masjid terpampang untuk kami..

Selasar Pasar Hamidiyyeh terbentang harus disusuri..

Hingga setelahnya terlihat makam para ahlul baiti..

Kutatap takjub nisan Salahuddin Al-Ayubi..

Sebelum kahirnya khusyuk dengan shalat kami..


Aku ternyata telah berkelana di kota tua..

Kota induk peradaban dalam sejarah agama..

Menambah pundi pengalaman penuh makna..

Begitu rindu kuulangi menyebut namanya..

Damaskus, ibukota Syiria..

[Fenomena] Artis Banyak Bertingkah, Aku Banyak Berdoa



Artis, sebuah istilah dan sebutan yang sudah sedemikian membumi di kalangan masyarakat. Sebuah istilah yang secara jujur tidak mempunyai tempat tersendiri di hatiku. Membayangkan istilah itu hanya akan membawa pikiranku kepada sosok manusia-manusia yang pandai bersandiwara. Skenario yang biasanya hanya diperuntukkan bagi peran mereka di dalam proses syuting film, pada akhirnya mereka bawa ke dunia nyata. Pikiran masyarakat awam dibawa ke dalam skenario kehidupan yang seakan tidak pernah ada habisnya. Acara-acara infotainment tumbuh menjamur menggantikan dominasi stasiun televisi yang berbasis pencerdasan. Anehnya, masyarakat malah lebih memilih channel gossip-gosip itu ketimbang diskusi edukasi, acara dokumenter sejarah, maupun ceramah keagamaan. Dalih masyarakat menjadi aneh pula : “Ngapain nonton acara yang membuat kita mikir berat-berat? nggak penting! Ini loh kabar terbaru artis idolaku yang paling ditunggu..”

Pemikiran seperti itu membuat aku kadang mengumpat sendiri. Ah, mereka berhasil lagi mengarahkan pikiran masyarakat untuk cinta pada ketenaran, gila pada hedonisme, dan tak peduli pada sesamanya yang sedang dalam kesulitan. Apa sebenarnya nilai yang ditawarkan oleh mereka selain itu? Adakah nilai edukasi dari mereka yang mampu menggantikan acara liputan berita, liputan sejarah, atau ceramah agama? Mereka hanya manusia yang dibekali dengan kamera stasiun televisi skala nasional, itu saja.. Banyak ibu-ibu rela mengesampingkan anak balitanya yang menangis minta susu saat aktor tampan idola mereka nampang di layar. Tampan? Ibu-ibu itu bahkan tidak sadar bahwa anak sulung mereka akan lebih tampan dari aktor itu ketika wajahnya telah diberi sentuhan make up. Ibu-ibu rumah tangga juga selalu terkesan dengan aktor yang menurut mereka smart. Pintar? Pernah lihat kuis yang mengadu kecerdasan artis-artis dengan masyarakat biasa? Artis-artis itu tak berkutik saat ditanya pengetahuan dasar. Aku katakan bahwa manusi yang IQ-nya tinggi adalah mereka yang tinggal di pesisir pantai yang setiap hari makannya ikan laut. Bukan masyarakat sosialita yang seringkali mengonsumsi makanan tipe junk food.


Jokowi (dalam) Menghindari Pusaran Gratifikasi


Harus diakui bahwa menjadi seorang pejabat pemerintahan perlu dengan hati yang tulus untuk mengabdi dan berkontribusi. Kalau tidak begitu, ratusan peraturan yang mengikat telah siap merongrong setiap kesalahan dan pembangkangan para pegawai. Salah satu norma hukum yang mengatur pejabat pemerintahan itu adalah terkait dengan gratifikasi. Gratifikasi menurut penjelasan pasal 12B UU No 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi meliputi pemberian uang, barang, rabat (potongan harga), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya kepada setiap pegawai negeri dan pejabat penyelenggara negara.

Baru-baru ini Jokowi sebagai Gubernur Jakarta telah dua kali melaporkan pada KPK barang yang memicu pidana gratifikasi hasil pemberian orang lain. Barang yang pertama berupa Gitar merk Ibanez yang diberikan oleh grup band Metallica. Barang kedua berupa kacamata merk Hawker oleh pembalap GP handal asal Spanyol, Jorge Lorenzo. Kedua orang ini tentu saja adalah orang yang sangat terkenal dan memiliki banyak fans. Kedekatan mereka dengan orang nomor satu di DKI Jakarta, melalui pemberian barang, akan langsung mendapat sorotan tajam dari mata dan kamera yang berkeliaran. Apresiasi patut diberikan kepada Jokowi dengan kesediaannya melapor kepada KPK sebagai lembaga indpenden penanganan kasus rasuah di Indonesia. Pada pelaporan pertama, gitar dari Metallica harus disita karena dianggap murni sebagai gratifikasi, karena band tersebut akan melangsungkan konser di Jakarta. Pelaporan kedua untuk pemberian kacamata masih dalam tahap proses.


Rabu, 22 Januari 2014

Filosofi Kamar Mandi



Sore ini aku beranjak dari kamar kost dan berjalan menuju kamar mandi. Kamar mandi kami ada dua, dipakai bersama untuk penghuni kost yang berjumlah 10 orang. Ketika sampai di depan pintu kamar mandi, aku melihat lampu di salah satu ruangannya mati (kamar mandi sebelah kanan). Padahal selama ini kamar mandi itu yang menjadi favorit bagi penghuni kost untuk digunakan. Selain lebih bersih, kamar mandi yang lampunya sedang mati itu airnya deras dan melimpah. Berbeda dengan kamar mandi yang sebelah kiri, kebersihannya kurang terjaga, lumut tumbuh di berbagai sisi, airnya kurang deras, ditambah dengan pintunya yang hampir ambruk. Tapi kini mau tidak mau aku lebih memilih kamar mandi yang kurang bagus itu untuk digunakan, walaupun kelebihannya saat ini hanya ruangannya lebih terang. Kost kami tidak mendapat sinar matahari yang cukup, sehingga ketika hari beranjak sore ruangan kamar mandi sudah gelap sekali jika tidak menggunakan lampu. 

Seraya duduk di atas ‘lubang pembuangan’, aku termenung sejenak. Ada sebuah filosofi yang relevan dengan apa yang terjadi pada kedua kamar mandi ini. Pada zaman sekarang, tidak jarang kita mempunyai sahabat lama yang sudah baik dengan kita, namun ketika sahabat kita itu melakukan sedikit kesalahan maka seketika kita langsung pergi dan menjauhinya. Kita sering tertipu dengan apa yang dilihat sebagai ‘terang’ dari orang lain, tetapi jarang untuk bisa menerima sedikit ‘gelap’ yang dibuat oleh sahabat karib kita. Padahal belum tentu apa yang kita lihat baik adalah baik untuk semuanya, dan belum tentu apa yang kita anggap buruk itu buruk untuk selamanya. Iya kan?

Wah, sejalan dengan tertunaikannya hajatku maka aku akhiri perenungan tentang filosofi kamar mandi tadi. Pada akhirnya, aku memutuskan untuk pergi ke mini market untuk membelikan lampu baru agar kedua kamar mandi kami kembali bersinar terang, walaupun tampilan di dalam kamar mandi itu berbeda. Aku pikir estetika dapat diperbaiki, yang penting fungsinya harus tetap dipertahankan. 

Salam dari Pegiat Kamar Mandi..

Selasa, 21 Januari 2014

Aku Rindu Seleksi CPNS yang (Benar-benar) Bersih



Usiaku mungkin masih terbilang muda untuk mengikuti seleksi tes pegawai negeri sipil. Pada akhir tahun 2013 kemarin, aku mengikuti seleksi masuk yang diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum setelah setahun sebelumnya aku lulus dari perguruan tinggi. Sesaat setelah lulus perguruan tinggi tersebut, harapanku melambung tinggi karena berdasarkan kabar yang berhembus bahwa tahun 2013 merupakan akhir dari moratorium PNS. Prediksi berbagai media bahwa tahun 2013 jelas akan ada penerimaan besar-besaran untuk pegawai negeri. Namun tak disangka, harapanku(dan mungkin seluruh calon pegawai seluruh Indonesia) kemudian sirna begitu saja ketika pada kenyataannya pemerintah hanya membuka lowongan jauh di bawah penerimaan di tahun 2010. Lowongan yang ada di daerah-daerah pun sangat amat dibatasi, sehingga banyak teman-teman sesama jobseeker yang mengeluh terhadap kebijakan ini. Lowongan yang terbatas di daerah membuat aku mengalihkan bidikan ke lingkup yang lebih luas, yaitu ranah kementerian pusat. Langkah ini mesti dipilih, tidak ada jalan lain, walaupun ini berarti harus bersaing dengan peserta seluruh Indonesia. Saat itu jumlah pendaftar untuk Kementerian Pekerjaan Umum saja sebanyak 13 ribu lebih, dan hanya akan diterima 200 orang. Bisa dibandingkan dengan tahun 2010, yang mendaftar kurang dari 13 ribu, tapi jumlah yang dibutuhkan sebanyak 3000 kursi. Luar biasa perbedaannya!

Jumlah kebutuhan calon pegawai yang menyusut ini secara langsung membuat persaingan antar peserta semakin ketat. Jauh hari sebelum pelaksanaan tes dimulai pemerintah telah mewanti-wanti kepada warga negara Indonesia bahwa rangkaian seleksi akan dibuat ekstra ketat. Tidak akan ada peluang untuk disusupi oleh berbagai tindak pelanggaran dan penyelewengan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Pemerintah katanya bekerja sama dengan instansi-instansi yang bisa menjamin itu semua, seperti BIN, KPK, Polri, dan lain-lain. Sistem penyelenggaraan tes di lingkungan kementerian pusat pun sudah ada yang menggunakan metode CAT (Computer Assisted Test), yang katanya 100 persen aman karena hasil langsung bisa diketahui saat itu juga. Namun sebagian besar daerah-daerah seluruh Indonesia yang masih menggunakan LJK (Lembar Jawaban Komputer). Anehnya, aku lolos ketika tes pertama dengan sistem CAT, tapi tes tahap kedua menggunakan LJK. Aku kemudian agak putus asa dengan tes kedua, karena aku tahu sistem LJK inilah yang bisa menjadi sarang masuknya penyelewengan dari berbagai pihak. Betapa tidak, di daerahku sendiri banyak teman-teman yang bangga dengan adanya ‘orang dalam’ yang bisa menjamin mereka masuk lewat ‘jalur belakang’ dengan syarat menyetor sejumlah uang. Saat itu juga akuberpikir, dimana peran instansi-instansi yang tadinya berkoar bisa memotong mata rantai syetan kebobrokan birokrasi seleksi ini? Apa mereka hanya akan selalu menjadi objek formalitas belaka? Apa yang bisa mereka lakukan untuk menghentikan ini semua?

Senin, 20 Januari 2014

Nostalgia Itu Berbayang Lalu Pergi

Sejumput rasa datang menyusup seketika lalu pergi..
Teruntai bayang yang pernah mati..
Membisik indahnya lagu kenangan musim semi..
Aroma kehangatan dulu mewangi mengisi hari..
Kalian temani aku dalam hidup penuh onak dan duri..
Pernah kalian membuat bahagia.. 
Setiap saat terselip tawa ceria..
Pernah kalian mewarisi duka..
Satu-satunya duka yang tak membekas luka..
Maafkan, kini ku lemah atas bayang nostalgia..
Kita yang tak pernah terganti oleh mereka..
Berpisah membuat denyut nadiku lemah..
Menjauh mengguncang cawan hidupku hingga nyaris pecah..
Berpura-pura melupakan membuat darahku berubah..
Akan kujaga seluruh nama hingga nyawa sudah lupa rupanya darah..
Aku bisa saja mengalah, tapi bersama kalian aku tak pernah kalah..

Hegemoni Besar dalam Sejarah Bani Israel, The New World Order?


Sore yang cerah untuk menggores beberapa baris tulisan. Sebuah topik yang menarik untuk dikupas oleh pikiran saya sendiri dalam tiap perenungan adalah terkait dengan konspirasi dunia adikuasa seperti Amerika, Inggris, Israel, Korsel, China, dan lain sebagainya. Walaupun sebenarnya saya masih awam dan ingin terus belajar. Saya selalu membayangkan dahulu pada periode sebelum tahun 1990-an, Inggris berhasil mendominasi dunia dengan berbagai hegemoninya. Kemudian tahun setelah periode itu hingga kini, Amerika mengambil alih peran penting dengan mata uang Dollar-nya. Kini, negeri Paman Sam mulai goyah. Seberapa kuat pun Amerika bertahan, dia hanya boneka dari sebuah negara yang memiliki territorial lebih kecil, yaitu Israel. Negeri ini yang dikatakan oleh para pakar akhir zaman semacam Syekh Imron Hussein sebagai pendominasi dunia setelah masa kejayaan Inggris dan Amerika. Negeri ini memang kecil, malah awalnya mereka tidak punya wilayah, namun dengan mudahnya mereka mengakuisisi teritorial negara semacam Palestina. Mereka percaya wilayah yang mereka rebut merupakan bagian dari janji yang diberikan dalam kitab suci agama Yahudi. Ya, mereka memang berasal dari keturunan kaum Yahudi. Namun tentu saja kaum itu sekarang sudah tidak membawa risalah yang sejalan dengan Nabi-NabiAlaihissalam dari bangsa Yahudi seperti Musa, Isa, Daud, Sulaiman, Yakub, Yahya, Zakaria. Sejak dahulu kaum pengikut Nabi yang disebut Bani Israel selalu menampakkan sifat pembangkangan, dan itu tersebut jelas dalam Al-Qur’an. Mereka telah ditunjukkan oleh para Nabi dengan mukjizat yang dibawa, tetapi tidak pernah mereka percaya dan bahkan untuk Nabi Yahya dan Zakariyya harus rela dibunuh oleh para pengikutnya.

Pemuda, Pembangunan, dan Kemerdekaan

Potensi Pemuda Sang Proklamator, Soekarno, begitu menekankan pentingnya peran pemuda. Ungkapannya yang biasa diulang oleh kita sekarang “ ...