Sabtu, 25 Februari 2017

Sifat Menginginkan Milik Orang Lain, Tanda Perlu Introspeksi! Jangan Jadi Pemuda "SMS"




Pagi tadi tepat pukul 05.30 wita, saya sedang asyik menikmati berbagai buku bacaan di dalam kamar. Suasana rumah tetangga juga masih sangat sepi, hanya suara kodok dan jangkrik yang sahut menyahut menyapa gendang telinga saya. Ini mungkin suasana khas Bulan Ramadhan, warga masih lelap dalam tidurnya selepas bangun makan sahur yang lebih awal dari jadwal bangun biasanya. 

Sedang asyik membaca, saya dikagetkan dengan teriakan ayah dari kamarnya. Suara beliau seperti sedang menghardik seseorang. Benar saja, ayah tidak sempat bertindak lebih jauh, diluar halaman kami yang luas telah dimasuki oleh "tamu tak diundang". Seorang pemuda telah memanjat pagar rumah kami, dan mengambil induk ayam yang tengah asyik bermain dengan anak-anaknya. Sebelum ayah sempat berlari keluar, induk ayam itu sudah ada di pelukan sang pemuda, dia segera keluar dari pagar lalu memacu motor yang diparkir diluar sekencang-kencangnya.

Sejenak saya tertegun mendengar kalimat yang keluar dari mulut ayah. Beliau mengutuk nyali para pemuda yang kerap dipergunakan dalam cara-cara yang salah. Negara ini makin edan, pikirku.
Kita dididik lewat tontonan yang tiada bermutu di televisi; para pejabat-pejabat yang mulai berani melakukan korupsi, para pencuri kelas kakap yang bersembunyi di balik jas-jas mahal, tiada yang pernah jera walaupun sudah pernah dihukum. Tiada pernah merasa malu walau wajahnya sering terpampang menghiasi berita kriminal. Batin saya bertanya-tanya, siapa sebenarnya yang terlebih dahulu rusak moralnya; apakah para pemuda kampung yang sering mencuri ayam kemudian setelah besar dia jadi pejabat lalu dia korupsi? Ataukah para pejabat-pejabat koruptor di atas sana yang mencontohkan "cara mencuri" kepada masyarakatnya sehingga para pemuda seperti pencuri ayam tadi tenang saja mencuri dengan tiada rasa bersalah dan selalu membenarkan tindakannya? Entahlah.. 

Saya jarang sekali langsung menulis di Facebook ini melalui android saya. Tetapi karena kejadian pagi ini begitu "menampar" buat saya, maka jari-jemari ini rasanya tak tertahankan untuk segera menuliskan kekesalannya. Terlalu lama jika harus membuka laptop dulu. Arggggghhhhh. Saya ingin memberi pelajaran jika saja saya mampu mengejar anak muda tadi pagi. Tapi kondisinya saya masih berbaring, memakai sarung dan tiada menyangka kejadiannya secepat itu. 

Perlu para pembaca tahu, bahwa baru saja 6 bulan yang lalu ada kejadian serupa. Ada 2 orang anak muda usia Sekolah Menengah masuk ke halaman kami dengan maksud mencuri ayam pula. Tetapi na'asnya saat itu mereka ketangkap dan dihakimi warga kampung kami hingga babak belur. Setelah itu saya membawa mereka ke kantor polisi bersama perwakilan warga. Nah, rupanya anak muda jaman sekarang tidak pernah menjadikan suatu kejadian buruk yang menimpa temannya sesama pencuri sebagai sebuah pelajaran. Selalu diulangi lagi dan lagi.

Paradigma tentang mudahnya tangan mengambil sesuatu yang bukan hak milik sendiri sudah menjalar sedemikian parah serta mendarah daging di negeri ini. Para pemuda sudah sering mengatakan "makanan gratis itu lebih terasa enak.. makanan dari orang lain itu lebih nikmat". Pola ini kemudian membentuk kebiasaan meminta yang terlalu banyak, hingga kita lupa untuk memberi, sebagai refleksi dari "tangan diatas lebih baik dari pada tangan di bawah". Meminta terlalu sering aja kita tidak dianjurkan, apalagi untuk mencuri! 

Pesan-pesan dogmatis yang sering jadi bahan lelucon seperti : "pacar orang adalah pacar kita juga, karena kita adalah orang" telah mempengaruhi hampir sepertiga anak muda yang telah memiliki akses ke internet, hehehe.. Belum lagi ditambah dengan kalimat "rumput tetangga selalu lebih hijau". Semua terstrukturisasi menciptakan sosok-sosok bermental "pencuri", selalu menginginkan milik orang lain untuk dimiliki olehnya juga. Akhirnya tumbuh suburlah jiwa-jiwa penuh iri dengki, yang menurut istilah AA Gym sebagai SMS : Susah Melihat Orang Senang, dan Senang Melihat Orang Susah

Sudah saatnya kita menyadari sikap dan sifat buruk dalam generasi kita ini. Kita pahami kemudian sikapi dengan bijak mulai dari diri kita sendiri. Selamatkan diri kita sebagai langkah awal membantu mengurangi para pemuda-pemuda yang mencuri ayam di rumah-rumah, mengurangi pejabat-pejabat yang mencuri uang rakyat, dan tentu saja mengurangi image jelek negara kita. Amin. Selamat Berbuka Puasa dan shalat taraweh bagi yang menjalankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan komentar anda..
Pasti sangat membangun untuk perbaikan blog ini..

Pemuda, Pembangunan, dan Kemerdekaan

Potensi Pemuda Sang Proklamator, Soekarno, begitu menekankan pentingnya peran pemuda. Ungkapannya yang biasa diulang oleh kita sekarang “ ...