Senin, 30 Juli 2012

KEBERPIHAKAN ZAMAN PADA WANITA



Bisa dibilang selama beberapa dekade terakhir dunia sangat memihak wanita. Kenapa begitu? Alasan paling pertama sekali adalah isu persamaan gender yang merupakan anak kandung dari isu HAM yang digaungkan oleh (yang katanya) kaum intelektual kontemporer- atau apalah namanya. Menurut saya pria dan wanita itu memang berbeda, jangan dipaksakan untuk jadi sama. Mereka punya kelebihannya masing-masing. Dalam buku “Mars dan Venus” digambarkan bahwa pria dan wanita punya karakteristik yang apabila dipaksakan untuk sama akan menimbulkan gejala perpecahan. Islam mengajarkan bahwa wanita itu berasal dari satu tulang rusuk pria calon pasangannya. Jadi dalam urusan pekerjaan ya tetap harus diberikan porsi yang berbeda (bayangkan saja satu tulang rusuk berbanding dengan puluhan tulang rusuk yang lain). Tetapi pria pun tak akan bisa lengkap jika tak ada tulang rusuk terakhirnya yang hilang, jadi jangan sombong dulu.


Untuk menjadi seorang pemimpin pun, tidak bisa dipungkiri bahwa selama ada lelaki maka wanita harus dinomorduakan dan harus rela jadi “makmum” yang setia. Guru agama saya pernah berseloroh : “salah satu bukti bahwa pria dan wania tidak dapat disamakan adalah coba suruh masing-masing pria dan wanita kencing di botol aqua. Jika wanita bisa melakukannya dengan normal tanpa setetes pun menetes keluar dari botol maka dia bisa disamakan dengan pria.”
Jiwa muda-mudi saat inu sering menelurkan perasaan galau. Sebuah kata yang dating entah dari mana, menciptakan sebuah trend. Sama halnya dengan trend yang diciptakan oleh Facebook dan Twitter dalam menghipnotis pengguna di seluruh dunia untuk rela tidak makan seharian demi menatap timeline masing-masing. Walaupun sudah banyak yang tahu bahwa jejaring social adalah cara mudah bagi industry global untuk memantau minat masyarakat dunia dan merusak kreativitas pemuda, terutama Islam. Sebab musuh satu-satunya yang tersisa bagi mereka saat ini adalah kita kaum Muslimin.

Kembali pada masalah wanita. Dominasi wanita sebenarnya diawali oleh mindset yang salah seputar trend itu sendiri. Pikiran sebagian dari mereka sepertinya telah terpedaya oleh lagu yang syairnya “karena wanita ingin dimengerti”. Hal ini kemudian dipersepsikan bahwa yang berhak dimengerti itu hanya wanita [titik]. Untuk para pria cukup dikasih pengertian 5 persen saja laah. (Maksudnya cuma dikasih pengertian dari cinta adalah bla bla bla… Hanya itu??). Untuk lebih pahamnya, kita langsung lihat perbedaannya dalam bentuk conversation :

Pria yang menelepon
Pria : “sayang lagi apa?”
Wanita : “lagi di mall nih, biasa shopping. Ada apa? mengganggu saja”
Pria : “Maaf sayang. Boleh bicara bentar?”
Wanita : "Waah, nanti saja. Ini lagi sibuk."
Pria : “Oke. Ntar tak telepon lagi ya.”
Tut tut tut… *telepon mati*

Tapi, kalau wanita yang menelepon akan berbeda. Coba lihat perbedaannya :

Wanita : “sayang, saya tahu kamu lagi nyetir kan?”
Pria : “Hai sayang. Bener banget. Ini lagi meluncur ke kantor”
Wanita : “Boleh kita bicara bentar?”
Pria : “Waduh, gimana ya? Ini lagi di jalan rame sayang”
Wanita : “kamu mau dengerin aku nggak?? Minggirin dulu mobilnya!”
Pria : “oke2 sayang….” *terburu-buru*
Gubraaaaakkk… *mobil nabrak pohon*
Nah, fenomena-fenomena seperti itu menambah panjang daftar lelaki sebagai korban, sekaligus meningkatkan keberpihakan dunia pada wanita beberapa dekade belakangan.

Selain itu, ada lagi fenomena aneh. Kita lihat saja kalau ada wanita memakai rok mini merah sampai pangkal paha dibilang seksi, tapi kalau ada aja lelaki yang pakai celana agak pendek sampe paha dibilang “Gilaani”. Ini menurut nurani saya adalah sebuah pergeseran tata nilai yang sangat fundamental sekali, dimana pakaian para kuntilanak dan dedengkotnya jauh lebih sopan dari wanita zaman sekarang. Tapi herannya, dengan begitu dunia makin memihak wanita.
Overall, saya menilai bagaimana pun perkembangan zaman manusia harus tetap menjaga kehormatannya, tak terkecuali pria maupun wanita. Pria diciptakan untuk menjadi imam bagi wanita. Jangan pernah balikkan sunatullah. Sebaik-baiknya makmum adalah yang berkata “sami’na wa ato’na” pada imamnya yang baik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan komentar anda..
Pasti sangat membangun untuk perbaikan blog ini..

Pemuda, Pembangunan, dan Kemerdekaan

Potensi Pemuda Sang Proklamator, Soekarno, begitu menekankan pentingnya peran pemuda. Ungkapannya yang biasa diulang oleh kita sekarang “ ...