Senin, 30 Juli 2012

MENCEGAH PENGARUH NEGATIF TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI MODERN BAGI ANAK

Hakikat awal dari munculnya dan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah naluri manusia untuk bersosialisasi dan menyampaikan pesan melalui bahasa yang mudah dimengerti oleh sesamanya. Metode yang paling awal digunakan sebagai manifestasi dari komunikasi verbal manusia yaitu melalui tulisan. Bukti kongkrit berupa tulisan tersebut dapat ditemukan pada lembaran atau situs zaman purbakala. Bukti tak terbantahkan yang paling fenomenal adalah lembaran kitab suci Al-Qur’an yang dibukukan secara resmi pada zaman khalifah Umar bin Khattab.
Pada dekade awal perkembangan TIK modern ditandai dengan penemuan telegraf oleh William Cook, kemudian diikuti oleh penemuan telepon oleh Alexander Graham Bell. Komputer digital pertama yang diberi nama ENIAC 1 muncul pada tahun 1946. Lalu pada tahun 1957, satelit buatan pertama milik Rusia yaitu Sputnik I diluncurkan. Peluncuran satelit pertama oleh Rusia kemudian mengilhami negara-negara lain untuk mengorbitkan satelit mereka. Gebrakan yang paling mutakhir tidak lain merupakan teknologi komputer. Teknologi ini menjadi basis munculnya sistem internet yang mendunia saat ini. Jaringan internet ini yang akhirnya menjadi media efektif dalam melakukan berbagai aktivitas, di antaranya berkirim surat elektronik (email), publikasi tulisan melalui website dan blog pribadi, streamingvideo dan lagu secara online, serta bergabung dalam situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Koprol, Historee, dan lain-lain.

Tumbuh kembang seorang anak sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, baik itu lingkungan internal (keluarga) maupun eksternal (masyarakat). Pada lingkup internal, orang tua menjadi kunci penting dalam mengarahkan perkembangan anak sebelum anak dilepas untuk bergaul dengan masyarakat. Makin majunya dunia modern semakin mempercepat laju pertumbuhan pemikiran anak. Hal ini disebabkan gaya hidup yang kian glamour dan akses informasi yang dapat diperoleh dengan cepat. Era modern sekarang ini anak balita pun sudah dihadapkan pada komputer dan internet. Para orang tua sering kali merasa bangga bahwa anaknya sangat cepat mengikuti perkembangan zaman. Tanpa mereka sadari bahwa terdapat berbagai dampak negatif yang mengikuti itu semua. Penting bagi para orang tua untuk memahami bahwa pendidikan dini bagi anak di rumah harus diberikan porsi yang tepat sesuai dengan usianya. Pendidikan yang diberikan terlalu cepat dan tidak sesuai dengan usia akan mengganggu perkembangan otak anak. Salah satu contoh nyata dari pendidikan yang kurang baik adalah pemberian handphone (telepon genggam) bagi anak. Telepon genggam saat ini tidak hanya diartikan sebagai alat untuk berkomunikasi, tetapi lebih pada aspek trend yang berkembang. Pada gilirannya, seorang anak akan meminta dibelikan Hp yang lebih bagus ketika melihat milik temannya. Selain itu, Hp bisa saja mengalihkan waktu belajarnya dengan ‘candu’ aplikasinya yang semakin modern. Sangat banyak kasus terkait dampak negatif dari handphone; anak di bawah umur membunuh temannya hanya karena pesan singkat (SMS), dan adegan porno yang bisa diakses bebas oleh anak hingga muncul perbuatan asusila.
Para orang tua harus benar-benar memahami bahwa sesungguhnya anak, istri, dan juga harta yang berlimpah merupakan titipan Allah yang kelak di akhirat akan dimintai pertanggungjawabannya. Jika selama di dunia, anak dididik dengam penuh kasih saying dan pendidikan yang baik hingga tumbuh menjadi pribadi yang positif maka dia akan menjadi nilai lebih bagi orang tuanya di akhirat. Apabila sebaliknya orang tua selama di dunia tidak sanggup membimbing anak-anaknya menjadi pribadi yang positif, maka anak bisa menjadi salah satu faktor kuat yang bisa menjerumuskan orang tua ke lubang neraka. Keberadaan anak di dunia menjadi salah satu dari tiga aspek yang merupakan amalan tak terputus waluapun orang tua telah meninggal dunia, sehingga perlu untuk dijaga agar tetap meninggalkan sesuatu yang baik sepeninggal orang tuanya dari dunia fana ini.
Usia awal tumbuh kembang anak hampir semua berlangsung dalam rumah, di bawah bimbingan orang tua. Tak heran jika setiap pakar psikologi anak menyarankan peran penuh orang tua di masa-masa awal pertumbuhan, agar anak benar-benar merasakan kasih sayang. Seorang anak yang telah merasa cukup akan kasih sayang tidak akan berontak atau mencari hal lain di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan hatinya. Orang tua perlu mengarahkan anak sesuai dengan usia dan karakternya. Pada usia balita, anak difokuskan untuk menerima pelajaran dasar intelegensi yang diimbangi dengan pelajaran spiritual keagamaan, sebab seperti yang orang bijak katakan bahwa ilmu tanpa agama itu pincang, dan agama tanpa ilmu itu buta. Konsep seperti ini sangat penting untuk ditanamkan sejak dini kepada anak. Anak jangan dibiarkan untuk secara nyaman menikmati tontonan televisi, bermain handphone, mengutak-atik laptop, melakukan browsing internet, tanpa semua itu dibatasi. Rasa nyaman yang berlebihan dari anak akan melupakannya pada kerja keras, sehingga dia akan cenderung pasif dengan berbagai kemudahan tersebut. Oleh sebab itu, perlu kiranya anak diarahkan untuk bisa membuat jadwal harian bagi aktivitasnya sendiri. Selain melatih kedisiplinan, jadwal tersebut akan menuntun diri seorang anak agar bertanggung jawab dengan komitmennya sendiri.
Islam sejak 14 abad yang lalu telah mengajarkan metode yang begitu kompleks dalam mengasuh anak. Orang tua harus mengutamakan pembelajaran yang menyentuh aspek spiritualitas anak, karena hal tersebut merupakan bekal awal (dasar) sekaligus penyeimbang bagi ilmu-ilmu lain. Sebelum sang anak mengenal tabuh-tabuhan lagu cinta, ajarkan terlebih dahulu nyanyian cinta kepada Allah dan Rasul melalui zikir dan shalawat. Sebelum sang anak mengenal tulisan dalam majalah, terlebih dahulu ajarkan mereka ayat-ayat suci Al-Qur’an dan hikayat sahabat nabi. Sebelum sang anak keluar rumah untuk bermain, biasakan dahulu dia untuk melaksanakan shalat lima waktu. Ketika pondasi ini telah mengakar kuat pada dirinya, maka sang anak tidak akan mudah terombang-ambing dengan gemerlap dunia modern yang menawarkan berbagai kemudahan serta kenikmatan semu. Sang anak akan dapat memilih dan memilah dengan sendirinya hal-hal yang terbaik secara hakiki bagi dirinya. Pada akhirnya output yang nampak dari karakter dan sifat anak dapat dikatakan berbanding lurus dengan usaha pembinaan yang dilakukan oleh orang tua di masa pra-pergaulan. Anak yang berintegrasi tinggi hasil didikan orang tua cerdas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan komentar anda..
Pasti sangat membangun untuk perbaikan blog ini..

Pemuda, Pembangunan, dan Kemerdekaan

Potensi Pemuda Sang Proklamator, Soekarno, begitu menekankan pentingnya peran pemuda. Ungkapannya yang biasa diulang oleh kita sekarang “ ...