Sabtu, 18 Januari 2014

Konsep Desa Millenium (DEMI) Energi

Ilustrasi


Saya sejak dulu punya impian untuk membantu masyarakat pedesaan agar bisa mandiri, dan tidak selalu berada di bawah bayang-bayang masyarakat kota. Saya sadar bahwa desa adalah daerah penyangga yang tidak berubah secara signifikan walaupun negara dalam kondisi krisis. Desa juga adalah pemasok utama kebutuhan pokok bagi setiap kepala yang ada di kota. Pemimpin-pemimpin besar Indonesia sejak dulu bisa dilihat di buku sejarah, mayoritas adalah putra-putra terbaik di desa kecilnya masing-masing. Oleh karena itu, jika ada yang memiliki pandangan yang sama dengan saya, mari berinovasi untuk memajukan desa. ^_^

Dasar Pemikiran :

Salah satu kandungan isi dari Instruksi Presiden Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pencapaian Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Program pemberdayaan usaha mikro dan kecil. Masyarakat desa-desa di Indonesia pada umumnya cenderung memiliki bidang usaha dengan skala mikro dan kecil. Dukungan pemerintah sangat berarti bagi mereka, yaitu melalui kebijakan-kebijakan yang memihak sektor usaha menengah ke bawah, beberapa diantara usaha itu antara lain pengembalian fungsi koperasi desa.

Fakta di lapangan :

Ada beberapa desa di daerah-daerah seluruh Indonesia, yang terletak jauh dari wilayah kota. Secara geografis wilayah administrasi desa dikelilingi oleh bukit-bukit dan pegungungan. Mayoritas dari masyarakat setempat mengandalkan sektor pertanian dan peternakan sebagai mata pencaharian utama.

Inovasi yang ditawarkan :

Wilayah desa yang secara geografis telah dikelilingi oleh bukit dan juga hutan, menjadikan itu sebagai batas wilayah yang tegas dari daerah luar. Pada teorinya, batas ini berfungsi sebagai pembatas perkembangan desa agar tidak tumbuh secara liar di masa yang akan datang. Kemudian, desa ini memiliki sebuah strategi khusus untuk tumbuh menjadi desa yang mandiri, yaitu konsep revitalisasi fungsi koperasi desa. Koperasi desa difungsikan sebagai penampung sampah rumah tangga dan kotoran hewan. Masyarakat yang memiliki sampah dan kotoran hewan peliharaannya di rumah, harus menyetor ke koperasi ini dan mendapat bayaran sesuai beratnya. Sampah dan kotoran hewan ini akan diolah oleh koperasi menjadi gas dan pupuk. Gas nantinya akan dan pupuk setelah jadi dijual kembali kepada masyarakat. Bagian yang tak terlupakan adalah, metode yang digunakan dalam pertanian dan peternakan. Masyarakat bertani dengan sistem tanam silang, jika total lahan pertanian ada 30 hektar, maka pada saat yang sama lahan itu ditanami padi (10 Ha), Kedelai (5 Ha), Jagung (5 Ha), Bawang (5 Ha), dan Sayuran (5 Ha). Harapannya agar tidak terjadi ketidakadilan terhadap para petani serta kelangkaan bahan makanan. Untuk peternakan, selain kotorannya, susu dan daging dari hewan peliharaan masyarakat bisa dijual ke koperasi, dengan harga yang bersaing dari harga di pasaran luar desa. Masyarakat secara utuh memiliki kesadaran akan ketahanan pangan di desa ini, serta keberlanjutan lingkungan di masa depan. Jika ada pengunjung dari luar desa yang ingin singgah membawa kendaraan bermotor, maka disediakan parkir di perbatasan desa yang dijaga oleh petugas. Target dari desa ini di tahun 2020 menjadi desa yang bebas kemiskinan sesuai dengan target pemerintah, yaitu Indonesia bebas kemiskinan tahun 2020.

Kamis, 16 Januari 2014

Mengurai Renda Cinta Bernoda Dusta



Roda hidup berputar, gaya manusia berubah.. Sebagian pria lebih suka menawarkan harta dan kata-kata untuk meraih cinta, dari pada menjaga cinta sederhana untuk kelak bersama mencari harta.. Sebagian wanita lebih suka menawarkan kehormatannya untuk menyambung nyawa, dari pada menjaga nyawa untuk bisa mencari nafkah dengan cara terhormat..


Aku duduk termenung di bawah lebatnya pohon manga yang tumbuh depan halaman kos-kosan. Masih terhenyak dengan isi SMS yang dikirimkan oleh seorang teman tadi siang. Omong kosong apa lagi ini? Apa benar pacarku melakukan itu? Selama satu tahun berpacaran aku belum pernah melihat pacarku berbuat yang aneh-aneh. Dia adalah gadis yang baik, penurut, dan taat beribadah. Kini, teman dekatku sendiri memergokinya jalan bersama lelaki lain dengan mesra. Kurasakan ada aliran darah panas yang perlahan mengaliri pembuluh darahku. Emosi tinggi yang ingin tumpah ruah, tertahan oleh segumpal rasa percaya terhadap pasangan, dan juga positif thinking yang sedikit dipaksakan. Aku memang seperti ini, sifatku memang cuek. Aku tidak pernah merasa bersalah ketika setiap hari tidak pernah menanyakan keberadaan pacarku. Aku tidak pernah ambil pusing ketika dia sedang diluar bersama siapa. Aku hanya selalu dihubungi ketika dia akan keluar dari kosnya. Aku akan selalu menitipkan sebuah kalimat “jaga diri baik-baik, jangan kemalaman pulangnya”

Kabar dari temanku itu harus aku pastikan langsung kebenarannya. Sejurus kemudian, malam harinya aku memutuskan untuk berangkat ke rumah temanku itu. Dia adalah penduduk pribumi di kota tempatku merantau ini. Pacarku pun perantau yang datang dari pulau besar bagian utara Indonesia. Sesampai di rumah temanku itu, kutanyakan semua tentang kebenaran kabar yang diberikannya. Dia berani bersumpah bahwa sosok yang dilihatnya malam itu adalah pacarku. Mereka keluar dari sebuah bar sambil berangkulan. Lelaki yang bersamanya berusia paruh baya, dan membawa mobil mewah. Kepalaku berputar. Darah mendidih menekan kepalaku agar segera menyeburkan cairan itu keluar. Kulihat hatiku jatuh ke tanah dan kupunguti sendiri. Jantungku berdebar tak biasa, seakan terkena pukulan jep kiri dari petinju Lennox Lewis. Sakit sekali! Baru kali ini aku merasa didustai oleh seseorang dengan tingkat dusta yang sudah berada pada level akut. Selama ini mulutku sampai berbusa mengingatkannya bahwa aku paling benci orang yang berbohong. Kenyataannya kini dia sendiri yang melakukan hal yang paling kubenci itu. Cihh! Kupegangi bahu temanku, mencoba mencari pijakan, berusaha mereduksi energi negatif yang membuncah dalam hati.

Selasa, 14 Januari 2014

Analogi Politik Hutan Amazone


Layaknya hutan hujan amazon yang tidak akan tumbuh subur tanpa adanya jamur, begitu pun pemerintah kuat tanpa adanya rakyat maka tak akan berdaulat..

Tulisan ini terinspirasi oleh salah satu channel geography yang sedang menyiarkan tentang hutan hujan Amazon. Siaran itu menayangkan tentang betapa luas dan beragamnya flora dan fauna yang hidup di dalamnya. Selain itu, disana adalah tempat mengalirnya sungai yang masih merupakan yang terbesar di dunia, yaitu Sungai Amazon. Setidaknya begitulah yang saya pernah pelajari di dalam pelajaran geografi pada saat sekolah duhulu. Hutan Amazon memiliki suhu dan kelembaban yang memungkinkan setiap keanekaragaman hayati tumbuh subur. Menurut data yang saya baca di Wikipedia, luas hutan Amazon hanya sekitar 5,5 juta kilometer persegi, namun tanahnya dimiliki oleh 9 negara; Brasil, Kolombia, Peru, Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname, dan Guyana Perancis. Tiga puluh persen dari seluruh fauna di dunia kabarnya berada disini, dan hampir setengah dari jumlah flora dunia hidup di dalamnya. Betapa luar biasanya salah satu habitat buatan Tuhan itu! Kembali pada siaran oleh televisi tadi, ada satu fakta menarik yang diungkap dalam acara itu. Peneliti mengatakan bahwa individu kecil seperti jamur bisa menentukan ada tidaknya komunitas ribuan pohon besar yang tumbuh tinggi menantang. Hal ini terkait dengan siklus kehidupan tumbuhan, dan juga proses simbiosis dalam istilah biologi.

Pikiran saya kemudian melayang pada kondisi perpolitikan Indonesia saat ini, tiba-tiba analogi muncul begitu saja dalam benak saya. Para pejabat yang sedang duduk di kursi jabatan mereka, makin tidak mengerti akan posisi dan perannya. Pejabat pemerintah selalu menjadi kacang lupa kulitnya ketika telah berhasil menduduki jabatan tertantu. Pertanyaan mendasarnya adalah, apakah mereka tidak ingat siapa yang memilih mereka? Apakah mereka tidak ingat janji-janji yang diucapkan ketika belum menjadi siapa-siapa tempo dulu? Sungguh ironis, mengingat masyarakat selalu menjadi elemen paling penting dalam penyelenggaraan negara yang katanya berdemokrasi. Rakyat harus dilihat sebagai komponen negara. Kalau ibarat dalam shalat, rakyat itu salah satu rukunnya, jika diabaikan maka tidak sah shalat. Begitu juga dengan negara, sudah jelas tertera bahwa salah satu syarat diakuinya sebuah negara secara de facto dan de jure adalah dengan adanya rakyat yang menghuni sebuah negara. Sekarang pertanyaannya, apakah presiden dan kabinetnya, serta dewan legislatif bisa menjadi pemimpin sekaligus rakyat? Siapa yang memilih dan siapa yang dipilih? Mari kita amankan amanat demokrasi untuk selalu mengutamakan kepentingan rakyat dari pada kepentingan pribadi pemimpin. Tanpa rakyat yang terkesan remeh dan kecil, tidak akan ada pemerintah. Tidak akan ada istilah ‘pemimpin’ jika tidak ada yang ‘dipimpin’, sama halnya dengan tidak akan ada ‘si kaya’ tanpa ada orang miskin.

Selasa, 07 Januari 2014

Syair dari Alam Kubur


Aku seonggok daging busuk..
Terkulai lemah tak berdaya..
Ingi berjalan namun tetap bertahan..
Ingin berontak namun tak beranjak..
Setiap ruang di sisiku hampa..
Gelap tanpa ada suara..
Tak sempatku bertanya dimana..
Takut dan harap membuncah di dada..
Baru kurasakan kesepian yang begitu dalam..
Tanpa tawa canda, hanya diam..
Kini kulihat jasadku dilahap perlahan..
Ada banyak rayap yang menikmati..
Aku berbicara dari dalam sini..
Bersyair untuk manusia bumi..
Untuk mereka yang selalu mengingkari kehidupan setalah mati..
Sekarang, jika mereka bisa mendengarku..
Kukatakan untuk tidak membuang waktu..
Menyesatkan manusia dengan teori-teori palsu..
Kehidupan akhirat itu ada, tak perlu meragu..
Buktinya kini aku jadi saksi bisu..

Rabu, 01 Januari 2014

Ayah Berkata...


Ayah : "Nak, jaket kulitmu yg tebal akan ayah bakar"
Aku : "Loh, kenapa yah?"
Ayah : "ciri-cirinya sudah jelas jaket ini bahan bakunya kulit babi"
Aku : "Kok ayah tahu?"
Ayah : "Ada beberapa bintik bergerombol tiga di beberapa bagian.. tanda seperti ini tidak hanya di jaket, bisa jadi di sepatu kulit juga.. hati-hati propaganda dari produk luar negeri, Nak"
Aku : "emank kalau sudah lewat mekanisme pabrik, tetap saja haram Yah?"
Ayah : "ya tetap saja.. kalau kulit hewan yg halal seperti sapi, kambing, kerbau akan suci ketika lewat mekanisme pabrik.. tapi kalau babi tidak sama sekali.."
Aku : "Silahkan dibakar Yah, tapi gantiin uang buat beli jaket baru.. hehe.."
Ayah : "Ayah akan belikan yang lebih mahal dari ini, asalkan kamu nggak mengenakan pakaian dari bahan haram ini seumur hidup tanpa kamu sadari"
Aku : "Siapp.."

Ayah guru paling elegan dalam hidupku.. tau segala jawaban atas problema hidup.. mampu meletakkan agama diatas penjelasan yg bijaksana..

Serasa Mati Suri


Bertahan di setumpuk kayu lapuk..
Terkatung-katung seperti sebuah patung..
Diorama terbentuk mengukir sebentuk bayang..
Perasaan terdalam tak mampu menggambarkannya..
Hanya saja sisa hidup sering meniupkan angin syahdu..
Gemetar seluruh raga jika harus menyerah..
Batu harus tetap sekeras itu..
Menghalau terjangan air bah..
Memecah kerasnya ombak lautan..
Lihatlah diujung sana..
Sekeping biji tumbuh dibalik lapuknya kayu..
Tunasnya tegas keras menantang..
Ada harapan lain yang ditawarkan..
Hati kini hidup dari jiwa yang sempat mati..
Jelmaan semangat tak pernah padam..

Bima, Tanah Magisnya Indonesia..


Ini daerah apa..?
Setiap sudut hanya ada gunung..
Gersang, kering, tak bernyawa..
Dedaun meranggas musnah menyedihkan..
Sapi dan domba enggan keluar..
Tanah lapang jadi lahan pengeringan ikan..

Ini daerah apa..?
Kulit masyarakatnya cokelat mengkilat..
Tatapan mata tajam, naluri pembunuh..
Tebasan pedang teteskan darah perang..
Pemudanya tak takut untuk mati muda..

Tanah ini milik siapa..?
Tanah yg ada sejak jaman raja..
Tanah yg magisnya tiada tara..
Rajanya sanggup berjalan di atas samudera..
Rajanya disegani para empunya legenda..

Tanah ini milik siapa..?
Indonesia bernafsu menutupi sejarahnya..
Sejarah tanah yg berjuang melawan jepang belanda..
Sejarah tanah yg harusnya jadi daerah istimewa..
Tanah dgn potensi yg luar biasa..

Kenapa masih bertanya..?
Ini bukan tentang Aceh ataupun Jogja..
Ini juga bukan masalah Jakarta apalagi Papua..
Sebuah negeri kecil di seberang sana..
Yang menyisakan jejak kaki Gajah Mada..
Yang Seorang Peramal tak diterima 'sang penjaga'..

Kenapa masih bertanya..?
Tanah ini kering karena jajaran gunung, bukan mati..
Lebih subur dari apa yg terpikir oleh ahli tani..
Dedaun meranggas karena matahari, bukan mati..
Intensitas cahaya matahari tak perlu dicari..
Mata tajam para pemuda menusuk, bukan untuk mencaci..
Sebatas ketegasan yang tak rela dinodai..

Kenapa masih bertanya..?
Seberapa pun kuat ditutupi..
Tanah ini akan menampakkan diri..
Sejarah tak boleh mati..
Untuk sebuah daerah yang selalu punya jati diri..

Pemuda, Pembangunan, dan Kemerdekaan

Potensi Pemuda Sang Proklamator, Soekarno, begitu menekankan pentingnya peran pemuda. Ungkapannya yang biasa diulang oleh kita sekarang “ ...