Artis, sebuah istilah dan sebutan yang sudah sedemikian membumi di kalangan masyarakat. Sebuah istilah yang secara jujur tidak mempunyai tempat tersendiri di hatiku. Membayangkan istilah itu hanya akan membawa pikiranku kepada sosok manusia-manusia yang pandai bersandiwara. Skenario yang biasanya hanya diperuntukkan bagi peran mereka di dalam proses syuting film, pada akhirnya mereka bawa ke dunia nyata. Pikiran masyarakat awam dibawa ke dalam skenario kehidupan yang seakan tidak pernah ada habisnya. Acara-acara infotainment tumbuh menjamur menggantikan dominasi stasiun televisi yang berbasis pencerdasan. Anehnya, masyarakat malah lebih memilih channel gossip-gosip itu ketimbang diskusi edukasi, acara dokumenter sejarah, maupun ceramah keagamaan. Dalih masyarakat menjadi aneh pula : “Ngapain nonton acara yang membuat kita mikir berat-berat? nggak penting! Ini loh kabar terbaru artis idolaku yang paling ditunggu..”
Pemikiran seperti itu membuat aku kadang mengumpat sendiri. Ah, mereka berhasil lagi mengarahkan pikiran masyarakat untuk cinta pada ketenaran, gila pada hedonisme, dan tak peduli pada sesamanya yang sedang dalam kesulitan. Apa sebenarnya nilai yang ditawarkan oleh mereka selain itu? Adakah nilai edukasi dari mereka yang mampu menggantikan acara liputan berita, liputan sejarah, atau ceramah agama? Mereka hanya manusia yang dibekali dengan kamera stasiun televisi skala nasional, itu saja.. Banyak ibu-ibu rela mengesampingkan anak balitanya yang menangis minta susu saat aktor tampan idola mereka nampang di layar. Tampan? Ibu-ibu itu bahkan tidak sadar bahwa anak sulung mereka akan lebih tampan dari aktor itu ketika wajahnya telah diberi sentuhan make up. Ibu-ibu rumah tangga juga selalu terkesan dengan aktor yang menurut mereka smart. Pintar? Pernah lihat kuis yang mengadu kecerdasan artis-artis dengan masyarakat biasa? Artis-artis itu tak berkutik saat ditanya pengetahuan dasar. Aku katakan bahwa manusi yang IQ-nya tinggi adalah mereka yang tinggal di pesisir pantai yang setiap hari makannya ikan laut. Bukan masyarakat sosialita yang seringkali mengonsumsi makanan tipe junk food.
Setiap pemberitaan di infotainment, kalau bukan tentang artis muda yang pacaran, ya tentang pernikahan dan perceraian. Pernikahan seakan amat sangat bernilai jika dilakukan oleh pasangan yang sesama profesinya sebagai artis, atau antara artis dengan pasangan seorang pengusaha. Hmm.. Jika perayaannya tidak meriah, maka akan menjadi tanda tanya bagi seluruh pelosok negeri ini. Seakan itu menjadi aib bagi artis yang mempunyai hajat. Tidak heran jika mereka berlomba-lomba menjadi pasangan dengan pesta paling mewah. Ini mungkin hanya asumsiku sebagai orang yang termasuk masyarakat awam.
Aku punya teori yang sejak dulu telah aku renungkan, berawal dari pengamatanku terkait kasus nikah-cerai para artis. Mereka kemungkinan sudah membuat kesepakatan sebelum nikah, bahwa di saat umur sekian nanti mereka akan cerai. Perceraian dilakukan karena adanya skandal blablabla, tidak boleh ada yang menuntut ke pengadilan, hak asuh anak diserahkan pada yang wanita, dan lain sebagainya. Semuanya itu ditandantangani hitam di atas putih. Sah! Sehingga ketika usia pernikahan mereka sudah sampai pada batas perjanjian, maka ‘misi’ itu mulai dijalankan. Sekali lagi itu hanya kemungkinan dari teoriku. Tingkat kebenarannya mungkin hanya sekitar 0,5 persen lah. Heuheu.
Aku selalu berharap, industri kreatif di negeri ini lebih mengedepankan aspek pembinaan moral. Mereka harus sadar bahwa artis adalah profesi yang mulia, menghibur masyarakat, semua mata tertuju pada mereka. Berikanlah teladan yang baik, singkirkan semua skenario dan sandiwara yang seharusnya hanya ada di dalam film atau sinetron. Masyarakat harusnya sekarang sudah bosan hidup dengan kepura-puraan dan kemunafikan. Melihat trend saat ini, artis menjadi politisi, dan politisi pun ikut-ikut ngartis.. semuanya tidak akan memberi dampak yang positif. Ranah hukum saja harus dipisahkan jauh dari politik, apalagi dunia hiburan, harus lebih jauh lagi dari politik. Artis dengan trend nikah muda, semoga menikah dengan tujuan yang benar-benar mulia; untuk memelihara kemaluan dan fitnah dunia-akhirat. Bukan menikah untuk pelampiasan nafsu sesaat, kemudian cerai dan mencari yang lain. Dunia artis katanya sempit, tapi semoga sikap dan tindakannya tidak ikut-ikutan sempit. Amin.
Salam dari Pembenci Kemunafikan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan meninggalkan komentar anda..
Pasti sangat membangun untuk perbaikan blog ini..