Pagi ini aku sedang duduk santai menikmati teguk demi teguk kopi hitam pahit yang rasanya menjalar nikmat hingga ke ubun-ubun. Aku masih membayangkan cerita tanteku yang tinggal di desa. Kemarin aku baru saja mengunjungi mereka untuk sejenak melepas penat di rumah. Beliau awalnya hanya menanyakan padaku tentang rencana kerja dan menikah, namun setelah itu dia yang malah banyak bercerita. Beliau menasehatiku tentang pergaulan anak muda di era modern ini. Di desa tempat tinggal mereka saja, yang bisa dikatakan masih terbelakang dalam hal teknologi informasi serta pendidikan, pergaulan para pemuda sudah sangat liar. Apalagi jika membayangkan pergaulan pemuda yang berada di kota besar.
Tanteku bercerita tentang maraknya fenomena pemudi desa yang ketahuan hamil di luar nikah. Dua bulan terakhir saja, sudah ada 5 orang gadis yang harus dinikahi secara ‘tidak hormat’ dengan pasangan mesumnya. Usia rata-rata mereka adalah usia sekolah dan kuliah, kesemuanya melakukan hubungan haram itu dengan rekan sesama usia (ada yang sama kelas di sekolah, ada yang beda kelas tapi satu sekolah, ada pula yang kuliah di universitas yang sama). Bukankah ini sebuah fenomena yang sudah terbilang super gawat? ABG di desa-desa kecil yang dulu mayoritas terkenal penurut, rajin mengaji, alim, wajah alami tanpa bedak, giat bekerja, kini sudah disibukkan dengan tebar pesona menarik perhatian lawan jenisnya. Pemuda desa yang dulu dikenal tangguh, berwibawa, giat menggarap sawah, kini sudah lemah dibuai oleh kenikmatan visualisasi tubuh seorang gadis. Sudah tidak ada kegiatan pergi shalat berjama’ah bareng ke masjid, tidak ada lagi saling mengajak untuk mengaji, tidak ada pula silaturahmi yang erat antar keluarga.
Satu hal dari fenomena ini yang baru aku ketahui. Tanteku bercerita bahwa dia sudah sering menghadiri acara pernikahan pasangan yang terlibat skandal perzinahan. Biasanya orang tua dari kedua mempelai mengadakan acara seadanya oleh karena malu terhadap aib yang terjadi. Tanteku menambahkan kalimat yang sungguh membuat merinding. Mungkin karena aku baru tahu tentang fenomena ini.
“Orang yang hamil normal dengan orang yang hamil di luar nikah sangat jauh perbedaannya, salah satunya dalam hal penampilan. Wanita yang hamil di luar nikah perutnya tidak akan buncit secara signifikan, hanya seperti orang yang kembung saja. Itulah mengapa jika dia tetap masuk sekolah atau kuliah, sangat jarang orang yang menyadarinya. Berbeda dengan orang yang hamil normal, perut wanita akan mengembang dengan sempurna. Nah, sebelum wanita yang hamil di luar nikah tadi dinikahi oleh pria yang menghamilinya maka perutnya akan tetap seperti itu. Tante pernah menyaksikan langsung, sesaat setelah ijab-qabul perut wanita yang tidak normal tadi langsung berubah mengembang sempurna. Orang-orang mengatakan bahwa fenomena ini terjadi karena sang bayi masih malu menampakkan diri sebelum ada seorang pria yang mengakuinya.”
Aku yang mendengar penuturan dari tante perlahan bergidik membayangkan betapa luar biasa fenomena yang bisa terjadi dalam lingkaran pergaulan pemuda. Aku banyak bersyukur bahwa sampai detik ini tidak pernah membayangkan untuk menjalani pergaulan yang seperti itu, walaupun telah memiliki pacar. Aku hanya menanamkan dalam diri bahwa komitmen hubungan yang baik dibangun atas dasar kegiatan yang positif tanpa saling merugikan. Banyak dampak yang akan terjadi jika kita harus menukar kenikmatan sesaat dengan nilai moral yang berlaku. Akhir kata, aku hanya ingin mengatakan bahwa memang kebanyakan dari yang enak dan mudah itu jalannya dosa, sedangkan kebanyakan yang sulit dan berliku itulah jalannya pahala..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan meninggalkan komentar anda..
Pasti sangat membangun untuk perbaikan blog ini..