Sejarah Islam beserta
perjalanan hidup Rasul yang agung, Muhammad SAW, bagaikan samudera ilmu yang
seakan tiada akan pernah habis untuk diteladani. Salah satu bagian atau momen
penting dalam hidup beliau adalah peristiwa hijrah. Mengapa disebut dengan
hijrah? Karena dalam bahasa Arab-nya, hijrah berarti pindah atau melakukan
perjalanan untuk menetap di suatu lokasi baru. Hari itu tepat malam tanggal 27
shafar tahun ke-14 kenabian (tanggal 13 September 622 M), Rasulullah berjalan
meninggalkan Makkah ditemani oleh sahabat setianya Abu Bakar menuju Kota Yastrib
(saat ini bernama Madinah). Alasan yang cukup logis bagi Rasul untuk segera
pindah dari negeri yang sudah tidak aman lagi bagi masa depan kaum dan
agamanya. Apakah Nabiyullah takut? Apakah beliau tidak percaya dengan bantuan
Allah? Sungguh, Allah sendiri yang telah mengarahkan beliau untuk berhijrah,
ini punya hikmah tersendiri, selain agar umat Islam mempunyai waktu dan tempat
untuk menyusun kekuatan, kepindahan itu kemudian membawa perubahan yang sangat
masif bagi perkembangan Islam di Yastrib (Madinah). Disanalah tempat bersatunya
persaudaraan yang paling mengagumkan dalam sejarah dunia, yaitu antara kaum
Muhajirin dan Anshar. Setelah membangun kehidupan madani yang baru di Madinah
dan mempersaudarakan kaum muslimin, membuat Piagam Persekutuan Islam, dan
bahkan membuat perjanjian untuk hidup rukun bersama kaum Yahudi setempat.
Barulah ketika kekuatan Islam menjadi kuat, serangkaian perang terjadi antara
kaum muslimin di Madinah dengan kaum kafir Quraisy di Makkah. Peperangan yang
tercatat dalam buku sejarah berturut-turut : Perang Badar, Perang Uhud, Perang
Ahzab, Perang dengan Bani Quraizhah, Perang dengan Bani Mushthaliq,Perang Mut’ah,
dan Perang Tabuk. Pasca Perang Tabuk, kaum Muslimin kembali masuk dan menguasai Kota Makkah dengan
gemilang.
Gugusan kalimat diatas hanya
usaha saya menguraikan sepenggal kisah tentang sejarah hijrahnya kaum Muslimin
di zaman Rasulullah. Bukan kapasitas saya untuk bisa menguraikannya secara
terperinci, seperti dalam buku-buku monumental karangan para ulama, contohnya
saja oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. Saya hanya ingin belajar
menafsirkan secuil dari jutaan kandungan esensi dalam peristiwa hijrahnya kaum
muslimin tempo dulu sesuai dengan sudut pandang seorang pemuda awam yang hidup
di pengujung zaman.
Tanggal 1 Muharram di
tahun ini jatuh tepat pada tanggal 5 November 2013. Memang begitulah saat ini,
penanggalan tahun hijriyah tidak lebih dikenal dari bulan-bulan di tahun
masehi. Coba saja tanyakan pada para pemuda, apa saja nama bulan dalam penanggalan
hijriyah? Saya berani bertaruh, hanya dua dari sepuluh orang yang mampu dengan
fasih mengucapkannya. Bagaimana pemuda muslim bisa belajar dan mengambil
pelajaran dari peristiwa hijrah, sementara ketertarikan terhadap itu tidak
terpatri dalam relung hati? Saya tentu mengingatkan pula pada diri sendiri,
kita lebih mengenal akan perayaan tahun baru masehi beserta tetek bengek euforianya
dari pada tanggal peringatan pindahnya umat muslim Mekkah karena rongrongan
kebengisan kaum kafir Quraisy. Kita lebih bangga meniup terompet di tanggal 1
januari pukul 00.01 (bayangkan sampai detik-detiknya dinanti), dari pada
menengadahkan kedua tangan mendoakan umat Islam di tanggal 1 Muharram. Ketika
kita harusnya mengambil pelajaran dari kebengisan kaum kafir, malah para
pemuda-pemudi masa kini menularkan kebiasaan yang dibawa oleh kaum kafir. Paradoks!
Tengoklah sejenak ke
belakang. Katanya sesama muslim itu saudara. Sepakat? Oleh karena itu, mari kita
bayangkan derita yang dialami oleh As-sabiquunal awwaluun
(sahabat-sahabat yang pertama kali masuk Islam), bagaimana keamanan dan
kenyamanan hidup di kota sendiri menjadi hal yang sulit diperoleh. Banyak
sahabat yang orang tuanya dibunuh, diperkosa, dipaksa untuk kembali kepada kepercayaan
nenek moyang. Para sahabat pun mendapat siksaan fisik yang luar biasa; dijemur
di gurun pasir seraya ditindih badannya dengan batu besar, dirajam, hingga
ditikam. Namun semakin keras siksaan dari kaum kafir, makin mantap mereka untuk
bersedia mati demi Islam. Satu kata di lidah mereka, AHAD! Allah Yang Satu.
Ada sebuah keyakinan, yang
memunculkan pengorbanan yang luar biasa. Ada sebuah pengabdian, yang menerbitkan
kehidupan yang zuhud (sederhana). Ada sebuah penghambaan, yang menelurkan
keberanian dan tekad sekeras baja. Ada sebuah kesetiaan, yang mengutamakan Agama
dan Rasul dari apa pun wujud dunia. Hijrah membawa pada perubahan. Hijrah adalah angin surga awal bagi pengorbanan,
pengabdian, penghambaan, dan kesetiaan sahabat selama berada dalam jeratan kaum kafir. Negeri
tempat berhijrah membawa kedamaian, kesejahteraan, dan juga kepastian untuk
merebut kembali tanah Makkah yang dicintai.
Kini, roda jaman telah
berputar lebih dari seribu tahun sejak peristiwa bersejarah itu. Hari Selasa
ini (05-11-2013) kita akan menginjak tahun ke 1435 setelah hijrahnya
Rasulullah. Pertanyaan pentingnya adalah : sejauh mana kita telah berhijrah? Atau kita bahkan belum
tahu akan berhijrah kemana? Sudah barang tentu kata “hijrah” disini tidak
melulu berarti pindah seperti Nabi dan para sahabatnya. Kalau kata bapak saya, “Hijrahnya
kita saat ini harus bermakna perubahan. Merubah semua yang buruk dan
ber-transisi menjadikannya baik”. Pemuda adalah lokomotif perubahan, seharusnya
harus lebih cepat berubah dari pada zaman itu sendiri, berubah menuju lebih
baik tentunya. Mari kita cintai Islam, agar dapat menyaring apa yang bukan
kaidah yang diajarkan oleh Islam. Kata Nabi “barangsiapa yang menyerupai suatu
kaum, maka dia termasuk kaum itu”. Kita ISLAM, dan tidak mau menyerupai kaum
lain!
Akhir kata : keyakinan,
kesetiaan, dan pengorbanan sangat menakjubkan ketika kita tahu kepada siapa
kita yakinkan hati, untuk siapa kita setia dan berkorban. Selamat Tahun Baru
Hijriyah 1 Muharram 1435 H. Salam Pemuda Muslim!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan meninggalkan komentar anda..
Pasti sangat membangun untuk perbaikan blog ini..